paradapos.com - Baterai LFP kini menjadi sorotan masyarakat setelah Gibran Rakabuming Raka membahasnya dalam sesi debat kedua cawapres pada Minggu, 21 Januari 2024.
Namun, apa sebenarnya teknologi baterai LFP yang memiliki kepanjangan Lithium Ferro Phosphate itu?
Baterai LFP merupakan jenis lithium-ion yang menggunakan LiFePO4 sebagai material katoda, dan electrode karbon grafit dengan lapisan logam sebagai anoda.
Baca Juga: Prabowo Dapat Dukungan dari Relawan Erick Thohir Alumni Amerika Serikat
Menurut First Phosphate, perusahaan baterai asal Kanada, komposisi bahan baku baterai LFP melibatkan 61% fosfat (PO4), 35% besi (Fe), dan 4% litium (Li).
First Phosphate menilai bahwa baterai LFP memiliki beberapa keunggulan dibanding baterai nikel.
Beberapa keunggulan tersebut seperti lebih tahan panas, awet, performa yang lebih efisien, ramah lingkungan dan harga yang lebih terjangkau.
Baterai LFP ini dapat digunakan tidak hanya untuk kendaraan listrik, tetapi juga untuk barang elektronik, menara telekomunikasi, fasilitas penyimpanan energi skala besar (power storage), hingga peralatan militer.
Meskipun begitu, kepadatan energi baterai LFP lebih rendah dibandingkan dengan model baterai lithium-ion lainnya seperti NMC (nickel manganese cobalt) dan NCA (nickel cobalt aluminium).
Ini membuat baterai LFP cenderung kurang efisien dengan jangkauan yang lebih pendek.
Meski begitu, susunan kimia baterai LFP mampu menghantarkan arus tinggi dengan suhu yang lebih baik dan menjaga kestabilan suhu baterai.
Baterai LFP dianggap sebagai pilihan yang menjanjikan untuk mobil listrik di masa depan.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: strategi.id
Artikel Terkait