Roy Suryo Ungkap Kejanggalan Skripsi Jokowi: Berani Saya Pastikan 99% Itu Palsu

- Jumat, 25 April 2025 | 13:20 WIB
Roy Suryo Ungkap Kejanggalan Skripsi Jokowi: Berani Saya Pastikan 99% Itu Palsu


PARADAPOS.COM
- Pakar Telematika Roy Suryo membeberkan sejumlah fakta hasil penelusurannya dalam membuktikan keabsahan ijazah milik Presiden Republik Indonesia Ketujuh, Joko Widodo (Jokowi). 

Fakta itu dipamerkannya dalam program talkshow Indonesia Lawyers Club (ILC) yang dipandu Karni Ilyas pada beberapa waktu lalu. 

Tak mengulas lembar ijazah milik Jokowi, Roy Suryo dalam paparannya mengupas skripsi yang menjadi syarat kelulusan Jokowi dari Universitas Gadjah Mada (UGM).

Dalam kesempatan tersebut, Roy Suryo memamerkan potret skripsi yang diperolehnya sendiri dari UGM. 

Potret yang diambilnya sendiri dengan menggunakan kamera beresolusi tinggi itu katanya menunjukkan sejumlah kejanggalan. 

Serupa dengan ijazah, dirinya meyakini skripsi Jokowi tersebut juga merupakan hasil rekayasa. 

"Jadi ini skripsi aslinya, ini bukan dari sosmed, ini saya pegang sendiri, saya scan sendiri dengan menggunakan kamera beresolusi tinggi," ungkap Roy Suryo menunjukkan potret skripsi milik Jokowi lewat layar besar.

"Kalau kita buka selanjutnya ini menarik, karena berlanjut, kalau misalnya kita bisa lihat gambar selanjutnya ini nanti akan terlihat ketidakkonsistenannya," tambahnya. 

Dalam lembar berikutnya, Roy Suryo menunjukkan potret halaman demi halaman skripsi berjudul 'Studi tentang Pola Konsumsi Kayu Lapis pada Pemakaian Akhir di Kotamadya Surakarta' yang diklaim dibuat tahun 1985. 

Teknik cetak pada beberapa halaman menunjukkan karakteristik mesin printer inkjet atau printer laserjet yang baru tersedia tahun 1990-an. 

Sembari memperlihatkan perbedaan tekstur cetakan, Roy Suryo menyebutkan pada tahun skripsi dibuat, tepatnya tahun 1985, percetakan masih menggunakan teknik litografi manual dengan susunan huruf timah yang tidak sempurna. 

Namun, apabila dibandingkan dengan cetakan skripsi Jokowi, terlihat adanya konsistensi font dan kerapihan yang hanya mungkin dihasilkan teknologi digital. 

"Kita bayangkan sekarang ini tahun 1985 atau tahun 80-an, belum ada yang namanya mesin cetak mesin, ya (printer) laser juga waktu itu belum ada, yang namanya mesin cetak itu termasuk percetakan dan waktu itu yang dicetak itu mesin cetak tinggi Bang Karni," ungkap Roy Suryo.

"Jadi teknik itu litograf itu harus disusun huruf satu per satu, dibolak-balik kemudian diputar srek-srek gitu, trus muncul kayak gini. Jadi hurufnya disusun gitu, terus disusun satu per satu kadang hurufnya beda dengan huruf yang lain, jadi jenis fontnya beda," bebernya.

"Yang menarik dari skripsi ini adalah ketika di halaman selanjutnya, sekilas sama bang karni dengan yang tadi, tapi ini kalau orang ngerti percetakan dan dia kuliah itu namanya grafik publisitas, kebetulan saya anak komunikasi belajar ini udah langsung bisa lihat ya kalau lembaran ini dicetak dengan menggunakan teknologi yang sudah jauh melampaui zamannya. Ini teknologi tahun 90an, karena ini hasil dari mesin cetak injet, keluar setelah laser jet jadi ini diatas tahun 92," papar Roy Suryo. 

Tanda Tangan Palsu


Dalam paparan berikutnya, Roy Suryo mengungkapkan hasil analisisnya mengenai nama sekaligus tanda tangan Prof. Dr. Ir. Ahmad Sumitro yang tercantum sebagai dosen pembimbing. 

Terkait hal tersebut, dirinya secara langsung mengkonfirmasi putri dari almarhum Ahmad Sumitro. 

Putri almarhum yang kini bermukim di Australia itu katanya telah memverifikasi dan meyakinkan bahwa tanda tangan yang dibubuhkan dalam skripsi Jokowi bukan milik ayahnya.

"Dan yang lebih menarik lagi ini kesalahan kesalahan mulai muncul di sini, nama guru besar doktor teknik Ahmad Soemitro yang di sana bahkan sudah dikoreksi oleh putrinya sendiri, putrinya sekarang ada di Australia dia langsung bilang, 'itu bukan nama ayah saya, nama ayah saya guru besar doktor teknik Ahmad Sumitro pak'," ungkap Roy Suryo.

"Anda bayangkan Pak Karni, kalau misalnya saya minta tanda tangan Pak Karni, terus di nama saya tetap Karni Iljes, jadi mau tanda tangan? Pak Karni pasti marah. Padahal ini mahasiswa minta tanda tangan dosennya dan begitu lihat tanda tangan ini senyum si putri," bebernya.

"Dan dia dengan kata lain bilang itu bukan tanda tangan bapaknya dan begitu bandingkan akan langsung bisa lihat tanda tangan asli ini dengan profesor Ahmad Sumitro ada tekanan yang berbeda, tarikannya lain. Ini tanda tangan seperti seseorang yang baru belajar membuat tanda tangan, ragu-ragu," jelas Roy Suryo. 

Tak hanya itu, Roy Suryo juga mengungkap sejumlah kejanggalan di antaranya, tidak adanya lembar ujian skripsi yang seharusnya memuat tanda tangan penguji. 

Selanjutnya tidak adanya ketidaksesuaian nama pembimbing dengan pernyataan Jokowi serta tidak tercantumnya tanggal pengesahan pada dokumen. 

"Hal yang menarik lainnya adalah tidak ada tanggal Pak Karni. Jika kita kumpulkan skripsi dan itu sebagai syarat utama ijazah, harus ada tanggal. Dan yang paling menarik pak karni bukti rekaman itu ada berkali-kali Jokowi mengatakan Pembimbing saya Pak Kaspujo, ada dua kali dia menyebutkan tahun 2017 dan tahun baru-baru ini, 'saya dibimbing oleh Pak Kasmojo'," ujarnya menirukan pernyataan Jokowi.

"Maju mundur maju mundur, 'Kasmojo dulu galak sekali', tapi nama Kasmojo tidak ada di sini. Padahal itu pembimbingnya," jelasnya.

"Kejanggalan lainnya adalah tidak adanya lembar ujian dan itu ada tanda tangan dosen penguji harusnya di sini. Skripsi ini tidak pernah diuji atau siapa pengujinya, tidak ada," beber Roy Suryo. 

Jejak Rekayasa Digital


Dalam kesempatan yang sama, Roy Suryo mengungkapkan adanya Kejanggalan terkait perbedaan kualitas kertas antar halaman yang signifikan. 

Kertas tersebut katanya diduga memiliki usia yang berbeda. 

Oleh karena itu, dirinya menganjurkan agar dilakukan pengujian dengan menggunakan uji karbon. 

Selanjutnya, hal yang paling disorotinya adalah analisis menggunakan teknologi hasil Error Level Analysis (ELA). 

Hasilnya, tingkat kompresi gambar yang tidak konsisten pada dokumen digital, adanya jejak editing digital serta ketidaksesuaian resolusi pada bagian-bagian tertentu. 

"Berani saya pastikan 99 persen itu palsu, kenapa saya bilang palsu, ada teknologi yang bisa me-review itu bang karni, namanya teknologi ELA (error level analysis). Di error level analysis ketemu aslinya, jadi maksudnya ini tandatangan dia (Ahmad Sumitro) asli dari orang lain, bukan miliknya Jokowi," ungkap Roy Suryo. 

"Kalau di ijazah ada keanehan, di bidang logo, pas foto lalu dicap (stempel). Setelah kita teliti ya itu ternyata tidak menempel atau maaf tidak ditempel stempel, jadi stempel itu yang di bawah pas foto," jelasnya.

"Jadi seperti orang kalau mau memalsukan foto ya, itu kan kemudian ada stempel di foto ditempel itu dia pemotongnya tipis sekali itu. Dan begitulah yang terjadi dan sudah dicek menggunakan komputer, sangat jelas saya analisa itu," tegasnya. 

Sumber: wartakota

Komentar