Soroti Kepala Babi, Anak Gus Dur Bagikan Cerita Masa Orde Baru: Teror Kayak Gini Itu Nyata!

- Senin, 24 Maret 2025 | 05:40 WIB
Soroti Kepala Babi, Anak Gus Dur Bagikan Cerita Masa Orde Baru: Teror Kayak Gini Itu Nyata!




PARADAPOS.COM - Salah satu anak Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Anita Hayatunnufus Wahid, menyoroti kiriman kepala babi yang diterima oleh Tempo.


Sebagaimana diketahui, kantor Tempo menerima paket berupa kotak kardus yang dilapisi styrofoam dan berisi kepala babi pada Rabu (19/3/2025).


Paket itu sendiri dialamatkan kepada salah satu wartawan kanal politik dan host Bocor Alus Politik Tempo, Francisca Christy Rosana atau akrab disapa Cica.


Anita Wahid kemudian mengenang cerita masa Orde Baru yang dialaminya dulu. 


Kisah tersebut dibagikan oleh anak Gus Dur tersebut melalui akun Instagram resminya dan dibagikan ulang oleh akun X @GUSDURians.


Dalam video singkat tersebut, Anita Wahid mengaku bahwa dahulu keluarganya selalu mendapat telepon berisi ancaman pada waktu yang sama setiap harinya.


"Oke, kita semua sudah tahu apa yang terjadi sama Tempo, mereka dikirimin kepala babi. Gue jadi pengen cerita mengenai satu periode dalam hidup gue, waktu gue masih SMP, dan itu jaman Orde Baru yang terjadi. 


Jadi, waktu itu belum ada handphone, jadi semua telepon itu masuknya ke telepon rumah. Di dalam periode ini yang rentangnya kurang lebih sekitar beberapa bulan, itu hampir setiap sore sekitar jam 4 atau setengah 5 sore, itu ada telepon masuk ke rumah. 


Dan biasanya gue yang ngangkat karena gue yang ada di rumah. Kadang adek gue, Inayah, yang bahkan waktu itu masih SD, kadang-kadang dia juga yang ngangkat, tapi paling sering gue," ucap Anita Wahid.


Anita Wahid mengatakan bahwa penelepon merupakan seorang lelaki yang kerap melayangkan ancaman. 


Penelepon tersebut mendesak agar Gus Dur berhenti buka suara. Jika tidak, keluarganya akan dikirimi kepala Gus Dur yang sudah dipenggal.


"Setiap kali gue ngangkat telepon dan gue bilang 'halo', maka ada suara di seberang, yang suaranya adalah suara laki-laki, biasanya menggelegar, nadanya marah, mengintimidasi, dan ngebentak gitu, terus dia akan ngomong 'heh bilang sama bapak kamu, suruh dia berhenti bicara. Kalau nggak, kamu akan saya kirimin kado yang bagus banget dan gede, isinya kepala bapak kamu'. Habis itu dia ketawa-ketawa, terus tutup telepon," aku Anita Wahid.


Teror serupa terus dialami oleh keluarga Gus Dur. Anita Wahid kemudian menyoroti bahwa tindakan yang sama juga telah dialami oleh Tempo, meskipun memiliki sedikit perbedaan.


"Besoknya, sore kurang lebih jam yang sama, akan ada telepon lagi yang kurang lebih begitu juga, mungkin kadang-kadang potongan tubuh mana aja yang beda, tapi intimidasi dan terornya kurang lebih sama. 


Dan itu terjadi beberapa bulan, hampir setiap hari terjadi. Nah kalau sekarang kita balik sama apa yang dialami Tempo, tentu yang gue alamin dan yang dialamin Tempo ada perbedaannya. Kayak misalnya, kalau di gue itu hanya sekadar audio dan gue nggak tau, gue nggak ngelihat langsung. 


Sementara yang dialami oleh Tempo, bentuknya jelas, ada kepala babi dan itu sangat visual. Lalu kemudian, yang juga menurut gue sama dan perlu kita pikirkan bareng-bareng adalah penerima pesannya," jelasnya.


Tak hanya itu, Anita Wahid juga menyoroti penerima pesan ancaman tersebut, di mana kali ini terlihat sangat spesifik menyasar satu orang.


"Kalau di kasus gue, penerima pesannya gue atau sebenernya keluarga intinya Gus Dur gitu ya, bukan gue. Gue hanya kebetulan yang angkat telepon. Sementara kalau di Tempo, yang menarik adalah yang menerima pesan itu adalah Mbak Cica. 


Dari semua orang yang ada di timya Tempo atau kita perkecil timnya Bocor Alus gitu misalnya, kenapa Mbak Cica yang menerima itu? Kenapa dua-duanya menargetkan perempuan dan bahkan di dalam kasusnya keluarga Gus Dur, anak-anaknya yang masih minor. Ini menarik banget buat kita pikirin, kenapa? Alasannya apa?" imbuhnya.


Anita Wahid menambahkan bahwa pesan ancaman tersebut pun memiliki tujuan yang sama, yaitu upaya pembungkaman.


"Tapi walaupun ada perbedaan, sebenarnya pesannya sama. Pesannya adalah berhenti bicara, berhenti mengkritik, karena kalau nggak, akan ada konsekuensi besar yang akan kamu tanggung. Dan konsekuensi besarnya itu tidak menutup kemungkinan bentuknya adalah nyawamu," ujarnya.


Meski begitu, Anita Wahid secara tegas menolak upaya pembungkaman tersebut. 


Ia juga mengatakan jika teror seperti itu sangat nyata dan dapat dilakukan dalam bentuk apa pun di zaman sekarang.


Tak hanya itu, Anita Wahid juga menyenggol pihak-pihak yang dinilai masih menyangkal jika Indonesia saat ini tidak memiliki indikasi untuk mengarah ke Orde Baru.


"Tapi tentu saja, kalau kita dipaksa dan diteror untuk berhenti bicara, biasanya malah kita nggak akan berhenti bicara bukan? Paling nggak itu yang diajarin Gus Dur kepada kami. Nah, jaman Orba, teror-teror kayak gini real banget. 


Gue jelas menerima, anggota keluarga gue yang lainnya juga menerima. Jaman sekarang, teror-teror kayak gini itu juga real banget, bentuknya juga macem-macem. Jadi yang mau gue bilang sama kalian, yang masih bilang bahwa kita nggak akan balik lagi ke Orde Baru, kita nggak akan mengarah ke sana, really? Please deh," pungkasnya.


πŸ‘‡πŸ‘‡



Sumber: Suara

Komentar