Tanggapi Soal Dirinya Masuk Tokoh Terkorup Dunia Versi OCCRP, Jokowi: Masih Ada Yang Belum Move On!

- Selasa, 11 Februari 2025 | 17:40 WIB
Tanggapi Soal Dirinya Masuk Tokoh Terkorup Dunia Versi OCCRP, Jokowi: Masih Ada Yang Belum Move On!




PARADAPOS.COM - Suara-suara yang menyerukan agar Presiden ke-7 Indonesia, Jokowi, diadili semakin nyaring terdengar. 


Desakan ini muncul di tengah berbagai tudingan terhadapnya.


Mulai dari proyek mangkrak hingga dugaan korupsi yang menyeret namanya ke dalam daftar lima besar pejabat terkorup di dunia versi Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP).


Belakangan ini, sejumlah proyek strategis nasional yang digagas di era Jokowi mulai dipertanyakan.


Salah satunya adalah Ibu Kota Nusantara (IKN) yang awalnya dijanjikan akan didanai oleh investor, tetapi kini justru bergantung pada APBN.


Banyak pihak menilai proyek ini berpotensi menjadi mangkrak, terutama setelah anggaran 2025 untuk IKN dipangkas oleh pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.


Tak hanya itu, kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK) 2 juga menjadi sorotan.


Proyek reklamasi yang diklaim sebagai pusat bisnis baru justru memicu polemik terkait penguasaan lahan oleh kelompok tertentu.


Jokowi dituding memiliki keterlibatan dalam pemberian izin serta kemudahan akses bagi investor yang dekat dengan lingkaran kekuasaannya.


Di media sosial, tagar #JokowiDiadili mulai ramai digaungkan oleh warganet. Bahkan, di berbagai kota massa aksi menuntut Jokowi diadili.


Sejumlah aktivis dan tokoh oposisi pun mulai mendesak agar ada audit menyeluruh terhadap kebijakan-kebijakan Jokowi selama dua periode kepemimpinannya.


Meskipun banyak serangan terhadap dirinya, Jokowi terlihat seperti biasa dan menganggap suara-suara tersebut hanya bagian dari demokrasi.


Hal tersebut diungkapkan Jokowi dalam channel YouTube Najwa Shihab baru-baru ini.


"Itu kan ungkapan ekspresi, itu bisa macam-macam," ujar Jokowi dikutip pada Selasa (11/2/2025).


Dijelaskan Jokowi, ekspresi yang dia maksud memiliki banyak tafsir. Salah satunya, efek kekalahan di Pemilihan Presiden (Pilpres).


"Ekspresi karena kekalahan di Pilpres bisa, kejengkelan terhadap sesuatu, saya kira ini negara demokrasi," ucapnya.


Karena menanggap hal tersebut bagian dari demokrasi, Jokowi merasa tidak harus ambil pusing terhadap riak-riak tersebut.


"Biasa-biasa aja kalau saya menanggapinya, nda terlalu menanggapi," tandasnya.


Jokowi bilang, bisa jadi apa yang digemakan itu merupakan sisa-sisa kekalahan di Pilpres atau disebut dengan operasi politik dari pihak tertentu.


"(Operasi politik tertentu) Yah bisa saja kan? Masih ada yang belum move on sehingga berusaha mendowngrade," kuncinya.



Sumber: Fajar

Komentar

Terpopuler