paradapos.com - Pemilihan Presiden Indonesia menjadi sorotan internasional, terutama setelah Duggan Flanakin, seorang Analis Kebijakan dan kolumnis Committee for a Constructive Tomorrow (CFACT), mengungkapkan pandangannya tentang peluang kemenangan Prabowo Subianto dalam satu putaran.
Dalam artikel berjudul 'Indonesia Presidential Election Matters - Here's Why', Flanakin memberikan argumen mengenai peran menonjol Prabowo sebagai pemimpin, serta potensi positif yang bisa dihadirkan oleh kemenangan satu putaran tersebut.
Flanakin mengemukakan bahwa Prabowo, yang menempati nomor urut dua, memiliki elektabilitas yang terus meningkat, mencapai puncaknya pada 56%. Angka ini mencerminkan dukungan publik yang signifikan terhadap Prabowo dan dapat menjadi kunci kemenangan dalam satu putaran, tanpa perlu melibatkan putaran kedua pemilu.
Baca Juga: Melangkah ke Tanah Papua, Pasar Pharaa Sentani Jadi Tempat Pertama yang Dikunjungi Gibran
Sebuah poin menarik lainnya adalah dukungan dari tokoh-tokoh penting seperti Budiman Sudjatmiko, seorang aktivis pro-demokrasi dan politisi. Meskipun awalnya mendukung capres Ganjar Pranowo, Sudjatmiko memberikan dukungan kepada Prabowo.
Sejalan dengan Budiman, alih-alih mendukung Ganjar, Jokowi yang merupakan anggota PDIP pun memberikan dukungannya untuk Prabowo.
Flanakin juga menyoroti potensi dampak positif kemenangan Prabowo dalam satu putaran terhadap persatuan dan kesatuan di Indonesia. Menurutnya, jika Prabowo berhasil memenangkan lebih dari 50% suara pada putaran pertama tanpa memerlukan kampanye tambahan, hal ini akan memberikan pesan positif tentang persatuan bagi negara dengan populasi terbesar keempat di dunia.
Baca Juga: Santai Kenakan Sarung, Prabowo Unggah Momen Nonton Timnas RI vs Jepang, Netizen: Persis Bapak Saya
"Jika ia memenangkan lebih dari 50% suara pada putaran pertama pemilu, dan tidak memerlukan kampanye tambahan, pada akhirnya akan mewujudkan pesan positif tentang persatuan bagi sebuah negara yang tidak hanya butuh perhatian internasional namun juga memerlukan perhatian yang lebih besar," tulis Flanakin.
Pemilu yang digelar dalam satu hari nanti juga akan menjadi perwujudan demokrasi terbesar di dunia. Tidak hanya memilih capres-cawapres, sekitar 20.000 perwakilan rakyat juga akan dipilih melalui bilik suara.
Kini Indonesia juga menjadi negara dengan perekonomian terbesar ke-15 di dunia berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB), dan diperkirakan akan meningkat dalam beberapa tahun. Berdasarkan hal itu, kata Flanakin, perekonomian Indonesia dianggap penting bagi Amerika Serikat dan Cina karena keduanya bersaing untuk mendapatkan pengaruh di kawasan Asia Tenggara.
Oleh sebab itu, Indonesia butuh pemimpin yang mampu mengambil langkah secara hati-hati karena posisi strategis yang dimiliki. Prabowo, sebagai sosok yang paham geopolitik, telah menekankan bahwa Indonesia tidak akan memihak kedua negara adidaya tersebut.
Sementara, Ganjar dinilai belum memiliki riwayat kinerja yang baik. "Ganjar, dalam melakukan kebijakan, kinerjanya di daerah belum baik. Pada tahun pertama sebagai gubernur, para petani berpaling darinya, mengkritiknya karena kekurangan pupuk serta lebih mengutamakan industri dan bisnis besar dibandingkan lingkungan maupun kepentingan petani," imbuh Flanakin.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: muslimterkini.id
Artikel Terkait
Dewan Pakar Tak Kaget Airlangga Mundur dari Ketum Golkar: Harusnya dari Dulu!
Kader Golkar Masih Terkejut Airlangga Mundur, Meutya Hafid: Tak Ada Voting dalam Penentuan Plt Ketum
Ridwan Hisjam: Kalau Takut Dipenjara Jangan Jadi Ketua Umum Golkar
Airlangga Korban Syahwat Kekuasaan Jokowi