OKeNUSRA - Program 1 keluarga miskin, 1 sarjana dan perlindungan ibu dari kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) menjadi program unggulan yang paling dianggap penting oleh masyarakat. Namun program-program ini kurang terasosiasi dengan calon presiden (capres) dan dan calon wakil presiden (cawapres) pengusungnya sehingga tidak memiliki efek elektoral signifikan.
Demikian temuan studi Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang dipresentasikan Prof. Saiful Mujani dalam program ’Bedah Politik bersama Saiful Mujani’ episode ”Program-Janji dan Elektabilitas Capres” yang disiarkan melalui kanal Youtube SMRC TV pada Kamis, 11 Januari 2023. Video utuh presentasi Prof. Saiful bisa disimak di sini: https://youtu.be/rfbfd7qOPK8
Saiful menjelaskan bahwa dalam perbincangan media atau media sosial, banyak yang menyatakan bahwa debat capres dan cawapres sangat penting. Ada asumsi yang menyatakan bahwa keunggulan dalam debat atau keunggulan meyakinkan publik dalam debat tersebut adalah unsur yang sangat penting memengaruhi pemilih.
Baca Juga: SMRC: 6,88 Persen Publik Terpolarisasi Karena Perbedaan Pilihan Presiden
Ada banyak program dan janji yang ditawarkan oleh capres dan cawapres. Seberapa penting program dan janji kebijakan yang ditawarkan oleh para calon tersebut, baik lewat debat, iklan, dan lain-lain, menurut masyarakat?
Dalam penelitian ini, publik diminta mengurutkan tiga program yang paling dibutuhkan. Dari tiga program yang ditawarkan, 48 persen publik menilai program 1 keluarga miskin, satu sarjana berada di urutan pertama yang paling dibutuhkan. Yang menyebut tunjangan ibu hamil 32 persen makan siang dan susu gratis untuk anak sekolah 20 persen.
“Per-program ini, jika ketiganya diadu, yang unggul di mata pemilih adalah program 1 keluarga miskin, 1 sarjana,” jelas Saiful.
Baca Juga: SMRC: Sebanyak 11 Persen Pemilih Rentan Terpengaruh Politik Uang
Pertanyaannya, lanjut Saiful, apakah masyarakat tahu siapa yang menawarkan program-program tersebut? Untuk program tunjangan ibu hamil, hanya 16 persen yang tahu program itu dari pasangan Anies-Muhaimin dan 84 persen yang tidak tahu. Dari 16 persen yang tahu program Anies-Muhaimin tersebut, 63 persen menyatakan yakin pasangan itu bisa mewujudkannya jika mereka terpilih menjadi presiden dan wakil presiden, 33 persen tidak yakin, dan 4 persen tidak menjawab atau tidak tahu.
“Walaupun ada 32 persen yang menyatakan program tunjangan ibu hamil itu penting dan dibutuhkan, tapi yang tahu bahwa program itu diusulkan pasangan Anies-Muhaimin hanya 16 persen,” jelas Saiful.
Karena itu Saiful menyatakan program ini tidak akan banyak punya efek. Walaupun banyak yang menyatakan program itu penting, namun yang tahu hanya sedikit. Karena itu, menurut Saiful, perlu ada kampanye atau sosialisasi mengenai program tersebut agar memiliki efek elektoral pada pasangan Anies-Muhaimin yang mengusungnya.
“Debat saja tidak cukup. Mungkin perlu iklan yang lebih massif untuk program ini,” tambahnya.
Baca Juga: SMRC: Publik yang Tahu Pelanggaran HAM oleh Prabowo Menurun
Untuk program makan siang dan susu gratis untuk anak sekolah, hanya 25 persen yang tahu atau pernah mendengar bahwa pasangan Prabowo-Gibran memiliki program unggulan tersebut, selebihnya, 75 persen tidak tahu atau tidak pernah mendengar. Namun dari yang tahu, sebanyak 73 persen yakin Prabowo-Gibran mampu mewujudkan program tersebut jika mereka terpilih menjadi presiden dan wakil presiden.
Minimnya pengetahuan publik tentang usulan program pasangan capres membuat aspek ini kurang bisa memiliki efek untuk menaikkan suara. Bahkan Saiful menyatakan bahwa efek debat kemungkinan tidak banyak berpengaruh.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: okenusra.com
Artikel Terkait
Dewan Pakar Tak Kaget Airlangga Mundur dari Ketum Golkar: Harusnya dari Dulu!
Kader Golkar Masih Terkejut Airlangga Mundur, Meutya Hafid: Tak Ada Voting dalam Penentuan Plt Ketum
Ridwan Hisjam: Kalau Takut Dipenjara Jangan Jadi Ketua Umum Golkar
Airlangga Korban Syahwat Kekuasaan Jokowi