paradapos.com - Sejumlah badan pengelola olahraga tenis dunia, seperti ITF, WTA, AELTC, dan USTA, telah bersatu untuk meluncurkan layanan pemantauan proaktif yang bertujuan melindungi para atlet tenis dari pelecehan dan ancaman daring.
Dilansir dari Antara Kamis (21/12), WTA, dalam pernyataan resminya, menegaskan bahwa para petenis sering menjadi target penyalahgunaan media sosial yang dapat menimbulkan risiko terhadap persiapan, kinerja, dan kesehatan mental mereka.
Layanan yang diluncurkan ini, diberi nama Threat Matrix, akan diimplementasikan mulai tanggal 1 Januari 2024.
Baca Juga: Gelar Pertandingan Tenis Libatkan Desta, Dikta, hingga Yura Yunita, RANS Jual 7 Ribu Tiket
Signify Group, sebuah perusahaan kecerdasan buatan (AI), mengembangkan layanan ini, dengan dukungan dari tim investigasi dan spesialis ancaman dari Theseus Risk Management.
Threat Matrix akan secara aktif memantau platform media sosial yang dapat diakses publik, seperti X (sebelumnya Twitter), Instagram, YouTube, Facebook, dan TikTok, untuk mencari konten yang bersifat kasar dan mengancam.
Layanan ini juga akan memberikan dukungan kepada petenis yang mengalami pelecehan atau ancaman melalui pesan langsung pribadi.
Baca Juga: Kalah Tenis, Ibnu Jamil dan Ririn Ekawati Bikin Heboh Publik, Netizen: Ya Allah
Dengan peluncuran resmi pada 1 Januari 2024, Threat Matrix akan mencakup semua turnamen mitra yang disetujui oleh badan pengelola olahraga tenis yang terlibat, serta semua petenis yang berkompetisi secara rutin di ITF World Tennis Tour, WTA Tour, Wimbledon, dan US Open.
Keputusan untuk meluncurkan Threat Matrix mencerminkan komitmen badan tenis internasional yang terlibat untuk melindungi atlet dari potensi trauma mental dan ancaman pelecehan daring di dunia nyata.
Layanan ini, beroperasi dalam 35 bahasa dan menggunakan kecerdasan buatan dan data sumber terbuka.
Akan secara otomatis memantau lebih dari 1,6 juta postingan publik di X dan 19.000 komentar Instagram yang dikirim ke 454 petenis dalam berbagai turnamen tenis profesional pada tahun 2022.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa satu dari empat petenis yang dipantau mengalami penyalahgunaan media sosial.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: jawapos.com
Artikel Terkait
Dituding Bukan Wanita, Petinju Aljazair Imane Khelif Menangis: 'Allah Bersama Saya, Allahu Akbar'
Kontroversi Olimpiade Paris: Izinkan Atlet Transgender Ikut Tinju Wanita, Lawan Auto Babak-belur!
Raih Medali Perak, Gaya Santai Atlet Penembak Turki Jadi Sensasi di Olimpiade Paris 2024
Belal Muhammad, Petarung Palestina Pertama yang Raih Gelar Juara UFC