6 Penyebab Jeep Rubicon Milik Mario Dandy Tak Laku Dilelang

- Senin, 13 Mei 2024 | 15:30 WIB
6 Penyebab Jeep Rubicon Milik Mario Dandy Tak Laku Dilelang


PARADAPOS.COM -
Mobil Rubicon Wrangler milik terpidana kasus penganiayaan Mario Dandy Satriyo hingga kini tak laku dilelang.


Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan hingga terpaksa menurunkan harga sampai Rp100 juta agar mobil ini segera keluar dari lelang negara.


Dari yang tadinya dilelang dengan harga Rp809 juta, kini Rubicon produksi 2013 ini, kini dilepas menjadi Rp700 juta.


Kepala Seksi (Kasi) Intel Kejaksaan Negeri (Kejari) Jakarta Selatan Reza Prasetyo Handono mengatakan, turunnya harga mobil Rubicon milik Mario Dandy ini dikarenakan pada lelang sebelumnya tidak ada warga yang menawar hingga batas waktu lelang berakhir.


Sejatinya, hasil lelang Rubicon ini, akan diserahkan sepenuhnya untuk korban, David Ozora.


"Seluruh hasil dari lelang itu akan kita serahkan ke korban, jadi nanti masyarakat bisa pantau seberapa jauh proses ini bisa dilakukan, berapa uang yang didapatkan, berapa uang yang diserahkan," ujar Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan, Haryoko Ari Prabowo.


Lantas mengapa tak kunjung laku?


Inilah Faktor Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang


1. Surat Kendaraan Hanya STNK


Data yang tertuang dalam pengumuman lelang, diketahui kalau Rubicon milik Mario Dandy tidak lengkap dalam surat menyurat.


Pada pengumuman tersebut, mobil mewah ini tidak dilengkapi Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB).


Sementara kelengkapan yang ada dalam mobil ini, yakni hanya kunci dan juga Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK).


2. Sempat Pakai Plat Palsu


Saat peristiwa penganiayaan terhadap Cristalino David Ozora terjadi, Mario Dandy menggunakan pelat nomor B 120 DEN.


Plat itu, berdasarkan penelusuran pihak kepolisian tidak sesuai dengan peruntukannya.


Adapun pelat nomor asli Jeep Rubicon yang sering dipamerkan Dandy adalah B 2571 PBP.


3. Jadi Barang Bukti Kejahatan


Saat proses hukum Mario Dandy masih berjalan di kepolisian, Jeep Rubicon ini menjadi salah satu alat bukti.


Jeep Rubicon ini, diketahui digunakan Mario saat menuju lokasi penganiayaan. Jeep Rubicon ini juga menjadi saksi mata kebrutalan Mario saat menganiaya David Ozora.


Selain itu, Rubicon ini juga menjadi barang bukti terkait kasus pelanggaran lalu lintas lantaran memakai plat nomor palsu.


4. Pajak Pules


Jeep Rubicon langsiran tahun 2013 ini, diketahui tidak taat dalam membayar pajak.


Rubicon Mario Dandy, diketahui belum membayar pajak yang jatuh tempo pada 4 Februari 2023.


5. Surat Atas Nama Paman Mario Dandy


Ayah Mario Dandy yang juga terpidana kasus Gratifikasi, Rafael Alun Trisambodo pernah menyangkal soal kepemilikan SUV Amerika berkelir hitam itu atas namanya.


Selain itu, Jeep Rubicon itu juga tidak ada dalam Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) yang disetorkan Rafael Alun sejak 2011.


Dari hasil penelusuran tim LHKPN KPK, diketahui kalau surat-surat mobil ini mengatasnamakan kakak Rafael Alun.


Dari hasil penelusuran tim Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pemilik Jeep Rubicon itu juga beralamat di dalam Gang di daerah Mampangm, Jakarta.


Saat didatangi tim KPK pun, orang yang dicari tidak didapatkan.


6. Harga Lelang Sama dengan Market Place 


Kejari Jaksel memang telah menurunkan harga lelang Rubicon Mario Dandy dari Rp850 juta menjadi Rp700 juta.


Namun berdasarkan penelusuran di market place, jenis dan tahun keluaran yang sama, Rubicon dijual dengan bukaan harga kisaran Rp700 juta.


Namun yang menjadi catatan, beberapa diantaranya bersurat lengkap dan pajak hidup.


Sumber: inilah

BERIKUTNYA

SEBELUMNYA

Komentar

Artikel Terkait

Rekomendasi

JOKO Widodo alias Jokowi sudah lengser. Tak lagi punya kekuasaan. Presiden bukan, ketua partai juga bukan. Di PDIP, Jokowi pun dipecat. Jokowi dipecat bersama anak dan menantunya, yaitu Gibran Rakabuming Raka dan Bobbby Nasution. Satu paket. Anak bungsu Jokowi punya partai, tapi partainya kecil. Yaitu Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Partai gurem ini tidak punya anggota di DPR RI. Di Pemilu 2024, partai yang dipimpin Kaesang ini memperoleh suara kurang dari empat persen. Pada posisi seperti ini, apakah Jokowi lemah? Jangan buru-buru menilai bahwa Jokowi lemah. Lalu anda yakin bisa penjarakan Jokowi? Sabar! Semua ada penjelasan ilmiahnya. Semua ada hitung-hitungan politiknya. Manusia satu ini unik. Lain dari yang lain. Langkah politiknya selalu misterius. Tak mudah ditebak. Publik selalu terkecoh dengan manuvernya. Anda tak pernah menyangka Gibran jadi walikota, lalu jadi wakil presiden sebelum tugasnya sebagai walikota selesai. Anda tak pernah menyangka Kaesang jadi ketum PSI. Prosesnya begitu cepat. Tak ada yang prediksi Airlangga Hartarto mundur mendadak dari ketum Golkar. Anda juga tak pernah menyangka suara PDIP dan Ganjar Pranowo dibuat seragam yaitu 16 persen di Pemilu 2024. Persis sesuai yang diinginkan Jokowi. Anda nggak pernah sangka UU KPK direvisi. UU Minerba diubah. Desentralisasi izin tambang diganti jadi sentralisasi lagi. Omnibus Law lahir. IKN dibangun. PIK 2 jadi PSN. Bahkan rektor universitas dipilih oleh menteri. Ini out of the box. Nggak pernah ada di pikiran rakyat. Tapi, semua dengan begitu mudah dibuat. Mungkin anda nggak pernah berpikir mobil Esemka itu bodong. Anda juga nggak pernah menyangka ketua FPI dikejar dan akan dieksekusi oleh aparat di jalanan. Juga nggak pernah terlintas di pikiran ada Panglima TNI dicopot di tengah jalan. Ini semua adalah langkah out of the box. Tak pernah terlintas di kepala anda. Di kepala siapa pun. Ketika anda berpikir Jokowi melemah pasca lengser, ternyata orang-orang Jokowi masuk kabinet. Jumlahnya masih cukup banyak dan signifikan. Ketua KPK, Jaksa Agung dan Kapolri sekarang adalah orang-orang yang dipilih di era Jokowi. Ketika anda tulis Adili Jokowi di berbagai tempat, Kaesang, anak Jokowi justru pakai kaos putih bertuliskan Adili Jokowi. Pernahkah Anda menyangka ini akan terjadi? Teriakan Adili Jokowi kalah kuat gaungnya dengan teriakan Hidup Jokowi. Ini tanda apa? Jelas: Jokowi masih kuat dan masih punya kesaktian. Semoga pemimpin zalim seperti Jokowi Allah hancurkan. inilah doa sejumlah ustaz yang seringkali kita dengar. Apakah Jokowi hancur? Tidak! Setidaknya hingga saat ini. Esok? Nggak ada yang tahu. Dan kita bukan juru ramal yang pandai menebak masa depan nasib orang. Kalau cuma 1.000 sampai 2.000 massa yang turun ke jalan untuk adili Jokowi, nggak ngaruh. Ngaruh secara moral, tapi gak ngaruh secara politik. Beda kalau satu-dua juta mahasiswa duduki KPK, itu baru berimbang. Emang, selain 1998, pernah ada satu-dua juta mahasiswa turun ke jalan? Belum pernah! Massa mahasiswa, buruh dan aktivis saat ini belum menemukan isu bersama. Isu Adili Jokowi tidak terlalu kuat untuk mampu menghadirkan satu-dua juta massa. Kecuali ada isu lain yang menjadi triggernya. Contoh? Gibran ngebet jadi presiden dan bermanuver untuk menggantikan Prabowo di tengah jalan, misalnya. Ini bisa memantik kemarahan massa untuk terkonsentrasi kembali pada satu isu. Contoh lain: ditemukan bukti yang secara meyakinkan mengungkap kejahatan dan korupsi Jokowi, misalnya. Ini bisa jadi trigger isu. Ini baru out of the box vs out of the box. Tagar Adili Jokowi bisa leading. Kalau cuma omon-omon, ya cukup dihadapi oleh Kaesang yang pakai kaos Adili Jokowi. Demo Adili Jokowi lawannya cukup Kaesang saja. Jokowi terlalu tinggi untuk ikut turun dan menghadapinya. Sampai detik ini, Jokowi masih terlalu perkasa untuk dihadapi oleh 1.000-2.000 massa yang menuntutnya diadili. rmol.id *Penulis adalah Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa

Terkini