GORAJUARA - Sebentar lagi, umat Konghucu dan etnis Tionghoa akan menyambut Hari Raya Imlek 2575 Kongzili yang jatuh pada 10 Februari 2024. Di Kota Bandung, sejumlah vihara tampak sedang mempersiapkan hari besar umat beragamanya ini. Salah satunya di Vihara Dharma Ramsi.
Lilin-lilin besar yang menjadi salah satu simbol perayaan Imlek sudah tampak berdiri di sisi kiri vihara. Sejumlah petugas pun tampak membersihkan bagian-bagian vihara, khususnya yang menjadi titik peribadatan.
Ketua Vihara Dharma Ramsi, Budhi Hartono Tengadi menyebut, tahun 2024 masehi dan 2575 Kongzili merupakan Tahun Naga dalam kepercayaan etnis Tionghoa.
Adapun tema yang diusung pada Imlek tahun ini adalah “Naga Terbang Melayang Kebahagiaan Kampung Halaman”. Jika diinterpretasikan, tema ini sejalan dengan upaya memperkuat kebhinekaan yang ada di Indonesia, juga Kota Bandung.
“Tahun 2024 ini, semangat kami sebetulnya sama. Umat menginginkan dan berharap sisi kerohanian kita sama-sama meningkat,” ujar Budhi.
Ia menjelaskan, perayaan Imlek 2575 Kongzili di Kota Bandung juga nantinya dirangkaikan dengan sejumlah kegiatan lainnya seperti Cap Go Meh.
Kebetulan, Vihara Dharma Ramsi adalah tempat ibadah pertama yang menggelar acara ini di Kota Bandung, 2011 silam.
Baca Juga: Begini Tanggapan Sandiaga Uno Atas Mundurnya Mahfud MD dari Kabinet Presiden RI Jokowi
“Ini sangat penting karena mempersatukan persaudaraan kita, dari mulai Kota Bandung, Jawa Barat, sampai dari berbagai pulau (Nusantara) datang,” ujarnya.
Di sisi lain, Budhi juga sudah tidak meragukan lagi tingkat toleransi antar umat beragama di Kota Bandung. Ia menjagokan Bandung sebagai kota yang sangat toleran, meski dihuni masyarakat yang berlatar belakang majemuk.
“Toleransi di kita ini menjunjung tentang leluhur. Dan kami rasa karena faktor ini, makanya di Kota Bandung rukun, khidmat dalam beribadah,” ujarnya.
Ia mencontohkan di kawasan Cibadak, Kota Bandung. Saat ada pertunjukkan Barongsai dalam kirab budaya Cap Go Meh misalnya, pertunjukkan ini bukan hanya milik salah satu umat beragama atau salah satu etnis tertentu saja, tetapi sudah menjadi milik seluruh warga yang terlibat. Apapun suku, ras, dan agamanya.
“Kegiatan-kegiatan di sini akhirnya berbasis kebudayaan, Bhineka Tunggal Ika,” ujarnya.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: gorajuara.com
Artikel Terkait
Anda Wajib Tinggalkan 8 Kebiasaan Ini Jika Ingin Tetap Dihormati Seiring Bertambahnya Umur!
Bareskrim Polri Tetapkan Eks Pegawai BPOM sebagai Tersangka Kasus Pemerasan dan Gratifikasi
Memaksa Bendera Pusaka Berkibar di IKN
Pelapor PBB: Amerika Danai Genosida yang Dilakukan Israel di Jalur Gaza!