Usai 21 Tentara Tewas di Gaza, Perdana Menteri Israel Bersumpah 'Kemenangan Mutlak'

- Rabu, 24 Januari 2024 | 10:20 WIB
Usai 21 Tentara Tewas di Gaza, Perdana Menteri Israel Bersumpah 'Kemenangan Mutlak'

paradapos.com – 21 tentara Israel dikabarkan tewas dalam serangan paling mematikan terhadap militer di Gaza pada Selasa, 23 Januari 2024.

Serangan ini dilakukan oleh militan Palestina sebagai respons terhadap serangan sebelumnya oleh Hamas yang memicu perang.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan duka atas tewasnya para tentara tersebut dan bersumpah untuk terus maju hingga mencapai ‘kemenangan mutlak'.

Baca Juga: Proyek Tol Jambi-Rengat Hajar Ratusan Hektar Kawasan Hutan Tapi Proses Pembangunannya Terus Lanjut, Kok Bisa?

Hal itu termasuk menghancurkan Hamas dan membebaskan lebih dari 100 sandera Israel yang masih ditahan oleh militan.

“Dalam kondisi konflik ini, kami berhasil mencapai prestasi besar, seperti mengepung Khan Younis, namun juga mengalami kerugian yang sangat besar," kata Netanyahu dalam sebuah siaran video dikutip dari AP News.

Setelah serangan tersebut, militer Israel mengumumkan bahwa pasukan darat telah menyergap kota Khan Yunis, yang merupakan kota terbesar kedua di Gaza.

Baca Juga: Pesona Han So Hee Hadiri Fashion Show Dior di Paris, Ketemu Natalie Portman sampai Dipuji Kecantikannya

Ribuan warga Palestina melarikan diri ke selatan, dan pasukan Israel dikabarkan memasuki area pesisir Muwasi, yang sebelumnya diumumkan sebagai zona aman.

Pejabat Mesir menyebutkan bahwa Israel mengusulkan gencatan senjata selama dua bulan dengan syarat pembebasan sandera Israel sebagai imbalan pembebasan tahanan Palestina oleh Israel dan izin bagi pemimpin Hamas di Gaza untuk pindah ke negara lain.

Namun, Hamas menolak proposal tersebut, menyatakan bahwa tidak akan ada pembebasan sandera tambahan tanpa penghentian serangan Israel dan penarikan pasukan dari Gaza.

Baca Juga: Baznas Padang Panjang Kembali Berangkatkan Mahasiswa ke Mesir

Dalam konteks lebih luas, konflik Israel-Hamas telah memunculkan pertanyaan di kalangan warga Israel terkait kemungkinan mencapai tujuan perang yang diinginkan.

Setelah serangan Hamas pada 7 Oktober, warga Israel bersatu menghindari peperangan, namun, lebih dari 100 hari kemudian, perpecahan muncul kembali, dan kekhawatiran meningkat terkait dengan konduksi perang oleh pemerintah Netanyahu.

Artikel ini telah lebih dulu tayang di: harianhaluan.com

Komentar