paradapos.com - Pembangunan Bendungan Rukoh di Aceh, sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN), menjadi bukti konkret komitmen pemerintah dalam upaya pemerataan pembangunan dan ekonomi di Indonesia.
Terletak di Kabupaten Pidie, Bendungan Rukoh ini diharapkan menjadi motor penggerak perekonomian Aceh, membawa potensi peningkatan aktivitas ekonomi di berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Bendungan Rukoh, yang diresmikan sebagai PSN melalui Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016, memiliki spesifikasi teknis yang mengesankan dengan tipe bendungan zonal dan inti tanah kedap air.
Baca Juga: Sekda Yota Balad Hadiri Sertijab Kapolres Kota Pariaman
Dengan tinggi mencapai 87 meter, panjang puncak total 220 meter, dan daya tampungan total 128,65 juta m³, bendungan ini menjadi proyek besar dengan dampak signifikan.
Pemilihan Bendungan Rukoh sebagai PSN melibatkan kajian dan studi kelayakan yang matang, dengan alokasi APBN sebesar Rp1,56 triliun.
Terbagi dalam dua paket, yakni paket 1 senilai Rp0,38 triliun dan paket 2 sebesar Rp1,13 triliun, serta supervisi senilai Rp0,05 triliun.
Tahun 2023 melihat alokasi anggaran untuk PSN Rukoh mencapai Rp0,96 triliun atau 5,3% dari total anggaran belanja Kementerian Negara/Lembaga di Aceh.
Hingga 14 Agustus 2023, progres fisik seluruh paket Bendungan Rukoh mencapai 57,04%, sedangkan progres total realisasi keuangan mencapai 51,77%.
Di target rampung pada 2023, namun sampai saat ini Bendungan Rukoh masih dalam tahap finishing dan belum diresmikan Presiden Jokowi.
Baca Juga: Hasil India Open 2024: Ginting Melaju ke Perempat Final, Jonatan Christie Tersingkir
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono sempat menengok pembangunan bendungan ini tahun lalu. Dalam kunjungannya, ia mengapresiasi bendungan ini karena termasuk inovatif.
“Bendungah Rukoh merupakan bendungan dengan inovasi yang bagus. Air dari Tiro kita bawa ke Rukoh. Rukoh ini kapasitas bendungannya besar tapi debit sungai kecil, sedangkan Tiro bendungannya kecil tapi debit airnya besar. Banjir di Tiro bisa kita atasi dan airnya di bawa ke Rukoh,” ungkap Menteri Basuki.
Dalam peninjauan tersebut, Menteri Basuki mengingatkan kontraktor pelaksana dan konsultan supervisi untuk menjadikan aspek kualitas, estetika, dan lingkungan sebagai prioritas utama dalam proyek pembangunan bendungan.
“jangan sampai merusak hutan sekitar dalam proses pembangunan, kalau memang tidak diperlukan tak usah tebang pohon. Ini jadi perhatian khusus Presiden untuk tetap menjaga hutan dan memperhatikan alam dalam pembangunan,” ucap Menteri Basuki.
Pengalokasian anggaran yang besar untuk proyek ini menciptakan harapan tinggi akan dampak positifnya bagi masyarakat, terutama di Kabupaten Pidie dan sekitarnya.
Berdasarkan Integrative Dam Assessment Model (IDAM), proyek bendungan memiliki dampak multidimensional, termasuk pada sektor pertanian dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA).
Bendungan Rukoh diharapkan meningkatkan ketahanan produksi pertanian melalui stabilisasi pasokan air irigasi dengan luas area mencapai 11,950 Ha.
Di sektor energi, proyek ini memiliki potensi menjadi PLTA sebesar 1,22 MW, memberikan kontribusi signifikan pada ketersediaan listrik untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, rumah tangga, dan produksi.
Dengan demikian, proyek ini diharapkan akan membawa dampak positif pada peningkatan kesejahteraan petani dan masyarakat di sekitarnya, serta mendukung pertumbuhan ekonomi regional.***
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: harianhaluan.com
Artikel Terkait
Anda Wajib Tinggalkan 8 Kebiasaan Ini Jika Ingin Tetap Dihormati Seiring Bertambahnya Umur!
Bareskrim Polri Tetapkan Eks Pegawai BPOM sebagai Tersangka Kasus Pemerasan dan Gratifikasi
Memaksa Bendera Pusaka Berkibar di IKN
Pelapor PBB: Amerika Danai Genosida yang Dilakukan Israel di Jalur Gaza!