BANDUNG, paradapos.com - Mungkin setara dengan kehebohan klakson telolet di angkutan bis adalah fenomena lokomotif kobong di kalangan pecinta kereta api.
Banyak yang demen apalagi di zaman sosmed saat ini.
Cerobong loko ngebul, asap hitam mumbul-mumbul, ditambah percikan api yang kadang menyambar (disebut dalam dunia perkeretaapian dan pecinta KA: kobong), klop sudah sebagai adegan yang mantul.
Belum lagi gelegar suara mesin yang terkesan seperti menanjak, penuh gejolak, menggelegak dalam tempo cepat bikin suasana tambah enak.
Benar-benar padu padan yang bikin semarak, bikin perasaan senang menyeruak.
Bagi railfans, yang tak jarang nongkrong di pinggir trek atau spot-spot tertentu, loko kobong bisa jadi merupakan sebuah pencapaian.
Baca Juga: Rincian Paling Baru, Harga Emas Pegadaian Selasa 26 Desember 2023: Antam Stagnan, UBS-Retro?
Rekaman gambarnya termasuk yang banyak disenangi.
Viewernya relatif tinggi, karena itu, loko kobong memang dinantikan.
Hanya saja, euforia itu tak lantas membuat semua pihak juga merasa sama-sama senang.
Sebaliknya, fenomena itu tak jarang bikin nyut-nyut Dipo Lokomotif.
Baca Juga: Penggalan Alkitab Berusia 1.750 Tahun yang Hilang Ditemukan di Perpustakaan Vatikan
Bukan apa-apa, loko kobong membawa risiko yang tak ringan.
"Itu berpotensi merusak sistem motor diesel. Ada dampaknya, bikin organ mesin rusak, harga turbo engine itu tak murah," kata Kepala UPT Dipo Lokomotif Bandung, Nana Rukmana, dalam keterangan resminya.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: suaramerdeka.com
Artikel Terkait
Pasutri di Sidoarjo Diduga Bekerja Sama Cabuli Siswi SD Penyandang Disabilitas
Peringatan BMKG: Gempa Megathrust Mentawai-Siberut Tinggal Menunggu Waktu, Bisa Capai M 8.9
Bocor, Sudirman Terpidana Kasus Vina Terciduk Lagi Asik di Hotel bukan di Sel, Benarkah?
Cabut Pasal Penyediaan Alat Kontrasepsi, DPR: Jangan Buka Ruang Generasi Muda untuk Berzina!