paradapos.com - Sedikit terungkap Teka-teki menghantui siapa yang akan memerintah Gaza bila Israel mengalahkan Hamas. Pasalnya, tidak ada negara atau organisasi internasional yang menunjukkan kesediaan untuk mengelola kota yang dilanda perang ini.
Dalam hal itu, pensiunan Jenderal Amerika Serikat (AS) David Petraeus menyebutkan akan ada pihak yang memerintah wilayah kantong Palestina itu bila Hamas lenyap. Ia menyebut Israel kemungkinan besar harus mengambil tanggung jawab mengatur Gaza, setidaknya dalam jangka pendek.
"Siapa pun yang mengelola kota yang dilanda perang ini akan memiliki tugas ganda yaitu memenangkan hati dan pikiran penduduk melalui tindakan nyata, sekaligus memastikan Hamas tidak dapat membangun kembali," ujarnya dalam SR Nathan Distinguished Lecture 2023 di Singapura, dikutip Kamis (14/12/2023).
Petraeus, yang menghabiskan sebagian besar karir militernya di Timur Tengah, juga mengamati bahwa tidak ada negara Arab atau organisasi internasional yang menunjukkan kesediaan untuk mengelola Gaza. AS pun demikian.
"Jadi satu gagasan besar tentang siapa yang akan memerintah Gaza, setidaknya dalam masa transisi, bagi saya mulai terlihat seolah-olah Israellah yang akan menjadi model utama," jelasnya.
"Cita-citanya dan tujuannya adalah untuk memiliki entitas Palestina yang kompeten, mampu dan dapat dipercaya yang dapat mengawasi warga Palestina di Gaza, namun kita tidak melihat satu pun dari mereka, bahkan di Tepi Barat," ucapnya lagi.
Petraeus yang juga mantan direktur Badan Intelijen Pusat, menambahkan bahwa calon administrator Gaza harus memastikan Hamas tidak dapat membangun kembali Gaza. Rekonstitusi bakal menjadi tantangan terbesar.
"Ini yang dihadapi Israel setelah menghancurkan Hamas, yang saya yakini bisa dilakukan, meski sangat, sangat menantang," tambahnya.
Ucapan Petraeus sendiri sesuai dengan pernyataan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu. Israel harus mempertahankan tanggung jawab militer secara keseluruhan di Gaza di masa mendatang.
Namun, Presiden AS Joe Biden sempat menolak keinginan tersebut. Bulan lalu ia menegaskan Otoritas Palestina (PA) yang "direvitalisasi" harus memerintah Jalur Gaza dan Tepi Barat setelah perang Israel-Hamas.
Sekitar 1.200 orang tewas dalam serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober dan sekitar 240 orang disandera oleh kelompok bersenjata tersebut. Hamas beralasan penyerbuan Masjid Al-Aqsa dan pendudukan Palestina menjadi sebab serangan.
Israel sejak itu memulai pemboman besar-besaran di Gaza dan melakukan serangan darat. Pembalasan ini telah menewaskan lebih dari 18.000 warga Palestina.
Artikel asli: paradigma.co.id
Artikel Terkait
Pasutri di Sidoarjo Diduga Bekerja Sama Cabuli Siswi SD Penyandang Disabilitas
Peringatan BMKG: Gempa Megathrust Mentawai-Siberut Tinggal Menunggu Waktu, Bisa Capai M 8.9
Bocor, Sudirman Terpidana Kasus Vina Terciduk Lagi Asik di Hotel bukan di Sel, Benarkah?
Cabut Pasal Penyediaan Alat Kontrasepsi, DPR: Jangan Buka Ruang Generasi Muda untuk Berzina!