Istilah bonus demografi belakangan ini menjadi salah satu topik perbincangan
di jagat maya. Bukan tanpa alasan, rupanya Wakil Presiden Republik Indonesia
Gibran Rakabuming sempat menjelaskan tentang bonus demografi.
Hal ini memicu reaksi dari tokoh-tokoh lainnya, tak terkecuali Anies
Baswedan. Mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut mengemukakan pendapat yang
cukup berbeda jika dibandingkan dengan Gibran Rakabuming.
Dalam video pendek yang diunggah di kanal YouTube Sekretariat Wakil Presiden
pada 21 April 2025, Gibran Rakabuming menggemborkan betapa besar potensi
yang dimiliki oleh bangsa Indonesia jika mampu memanfaatkan keunggulan
jumlah penduduk di usia produktif.
Menurut putra sulung Jokowi tersebut, usia produktif penduduk Indonesia akan
dicapai antara 2030 hingga 2045, dengan sekitar 208 juta penduduk Indonesia
akan berada dalam usia produktif.
"Ini adalah giliran kita. Giliran generasi muda Indonesia untuk mengambil
peran, untuk menjadi pelaku utama perubahan, dan untuk menentukan arah masa
depan bangsa," ucap Gibran Rakabuming dalam video tersebut.
Suami Selvi Ananda itu menambahkan bahwa keberhasilan negeri ini dalam
memanfaatkan bonus demografi akan bergantung pada sejuah mana generasi muda
mampu menghadapi tantangan, seperti ketegangan geopolitik, perkembangan
teknologi yang pesat, hingga krisis iklim.
Tak hanya itu, Gibran Rakabuming juga mendorong agar generasi muda terpicu
dalam belajar agar tidak tertinggal.
"Yang akan menang adalah mereka yang paling cepat belajar, paling cepat
beradaptasi, dan paling cepat memanfaatkan peluang," tambahnya.
Di sisi lain, Anies Baswedan menilai bahwa generasi masa kini memiliki
tekanan yang luar biasa di dalam istilah bonus demografi.
Hal itu dikemukakan oleh Anies Baswedan dalam tulisannya yang dimuat dalam
Media Indonesia pada Senin (28/4/2025) dan dibagikan ulang olehnya melalui
akun X resmi.
"Usia produktif bukan jaminan produktivitas. Banyak di antara generasi muda
hari ini justru berada dalam tekanan luar biasa. Tekanan untuk sukses, untuk
menopang ekonomi keluara, untuk menghadapi ketidakpastian pekerjaan,
sekaligus menata masa depan dala ruang hidup yang kian mahal," tulis Anies
Baswedan.
Di dalam bonus demografi, generasi muda diharapkan untuk menjadi penopang
kemajuan. Namun menurut Anies Baswedan, banyak pihak yang lupa bahwa
generasi-generasi tersebut juga manusia biasa yang membutuhkan ruang untuk
bernapas, bukan hanya sekadar bekerja.
(3/5) Kedua, tulisan di @mediaindonesia, juga hari ini. Memperluas cuitan saya soal Bonus Demografi. Di balik angka-angka indah itu, tersembunyi tantangan serius, bahwa tanpa persiapan setara, bonus bisa berubah jadi ilusi. Masa depan tidak menunggu, tapi dibentuk hari ini. pic.twitter.com/W6xPHJV5Qz
— Anies Rasyid Baswedan (@aniesbaswedan) April 28, 2025
"Maka dari itu, jangan heran bila di balik kata produktif justru tumbuh
fenomena sunyi seperti kelelahan psikis, gangguan mental, dan rasa hampa di
tengah hiruk pikuk digital. Bonus itu bisa menjelma menjadi ilusi bila kita
hanya bicara kuantitas, bukan kualitas kehidupan," tambahnya.
Lebih lanjut, Anies pun menilai bahwa bonus demografi dapat mendorong
mobilitas manusia, di mana banyak orang akan meninggalkan desa dan lebih
memilih untuk hidup di kota.
Jika tidak dipersiapkan secara matang, infrastruktur akan kewalahan dan
ruang tinggal semakin sempit. Bonus demografi ini juga membuat masing-masing
anak muda harus bersaing satu sama lain.
"Lebih jauh kita juga perlu bertanya apakah semua anak muda punya kesempatan
yang sama? Dunia hari ini makin digital, tapi tak semua terhubung. Ada yang
tumbuh dengan akses coding, namun ada juga yang masih bergelut dengan sinyal
yang putus-putus dan gawai yang harus bergantian," sambung Anies Baswedan.
Karena itu, bonus tersebut bisa memperbesar ketimpangan ika tidak dikelola
dengan kesetaraan.
Anies Baswedan mengusulkan agar pendidikan ditata ulang agar semakin relevan
dengan dunia yang sedang berubah. Selain itu, pemerintah juga harus
membangun sistem ekonomi yang memberi ruang tumbuh bagi masyarakat kecil
agar dapat naik kelas. Tak hanya itu, sistem jaminan kesehatan yang
fungsional pun harus dihadirkan.
Sumber:
suara
Foto: Kolase Anies Baswedan dan Gibran Rakabuming. (Instagram)
Artikel Terkait
Nico Surya Disebut Mantan Napi sebelum Tinggal di Rumah Baim Wong, Bawa Lari Uang Rp 2 Miliar
Tak Segera Copot Gibran, Nicho Silalahi: Prabowo Boneka Jokowi
Rekam Jejak Hasan Nasbi: Relawan Jokowi ke Prabowo, Mundur dari Kepala Kantor Komunikasi Presiden!
Beathor Suryadi: Jika Jokowi Tak Punya Ijazah SMA, Bagaimana Bisa Jadi Sarjana Kehutanan UGM?