Gaya Dedi Mulyadi dan Ahok 11-12

- Senin, 28 April 2025 | 09:15 WIB
Gaya Dedi Mulyadi dan Ahok 11-12


Sejak menjabat Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi (KDM) langsung mencuri perhatian publik. Terdapat sejumlah kebijakan yang digagasnya justru menimbulkan kontroversi.

Salah satunya Dedi menolak acara perpisahan sekolah dan study tour berbiaya mahal. Ia menilai kegiatan semacam itu hanya menambah beban orang tua.

Aturan ini pun dikritik seorang remaja asal Bekasi, bernama Aura Cinta. Gadis itu berpendapat, perpisahan sekolah penting untuk membukukan kenangan.

Namun Dedi menyampaikan pesan pedas kepada Aura yang tetap memaksakan adanya acara perpisahan dan wisuda sekolah meski kondisi ekonomi keluarga mereka terbatas.

Gaya Dedi ini pun mendapat sorotan dari politikus Partai Demokrat Andi Arief. 
Menurutnya, KDM dan Ahok 11-12 alias punya kemiripan.

"Menurut saya ada kemiripan antara Kang KDM dan Pak Ahok soal paradigma membangun, bahwa pendekatan pada orang miskin tidak boleh lunak. Akibatnya orang miskin berhadapan dengan kemiskinannya dan kekuasaan," katanya lewat akun X, Senin 28 April 2025.

Pada cuitan lainnya, Andi menyebut wisuda dan study tour itu bukan komponen penghematan, karena tidak reguler hari ke hari atau bulan ke bulan. Dia menegaskan bahwa ini cara pandang penghematan yang keliru.

"Belum pernah ada penelitian yang menyebut kemiskinan itu karena biaya wisuda," ungkapnya.

Perdebatan bermula saat Dedi Mulyadi mengunjungi warga yang terdampak penggusuran di bantaran Kali Bekasi. Di tengah kunjungannya, ia berdialog dengan Aura yang merupakan siswi SMA 1 Cikarang Utara.

Pada kesempatan itu, Aura menyampaikan keinginannya untuk tetap mengikuti acara perpisahan sekolah, dengan biaya mencapai Rp1,2 juta.

Namun, Dedi Mulyadi menilai keputusan tersebut keliru. Sebagai Gubernur, ia menyarankan lebih baik uang tersebut ditabung atau digunakan untuk kebutuhan lain yang lebih bermanfaat, salah satunya untuk biaya mengontrak rumah usai rumah Aura digusur.

"Anda Miskin, tapi jangan sok kaya. Orang miskin itu harus tekan semua pengeluaran untuk membangun masa depan. Seluruh pengeluaran ditekan, digunakan untuk kegiatan positif, bisnis, pengembangan diri," timpal Dedi Mulyadi.

"Lah, ini rumah gak punya, tinggal di bantaran sungai, ngapain protes-protes harus ada wisuda. Logikanya harus dipakai, hidup itu jangan sombong, ibunya buat ngontrak aja gak punya tapi anaknya merasa wisuda penting,” tandasnya. 

Sumber: rmol
Foto: Kolase Dedi Mulyadi dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok (tangkapan layar/RMOL)

Komentar