Golkar, PAN, dan Jokowi = Gibran 2029?

- Senin, 28 April 2025 | 04:50 WIB
Golkar, PAN, dan Jokowi = Gibran 2029?


Golkar, PAN, dan Jokowi = Gibran 2029?


Oleh: Erizal


Dari empat partai koalisi yang menjadi tulang punggung Prabowo-Gibran lalu, yakni Gerindra, Golkar, PAN, dan Demokrat, hanya dua partai yang paling mungkin dipegang oleh Jokowi atau Gibran, yakni Golkar dan PAN. 


Dua partai lainnya, yakni Gerindra dan Demokrat, rasanya mustahil bisa dipegang oleh Jokowi atau Gibran. Gerindra dan Demokrat hampir pasti untuk Prabowo.


Kedekatan dua partai itu, yakni Golkar dan PAN dengan Jokowi, tidak usah ditanya lagi. 


Ketum Golkar, Bahlil Lahadalia dan Ketum PAN, Zulkifli Hasan, eksis dan bertahan sebagai Ketum, sedikit banyaknya karena peran serta Jokowi di masanya. 


Bisa jadi kedua Ketum partai inilah yang paling sering bertemu empat mata dengan Jokowi, ketimbang Prabowo sekalipun. Tidak hanya sekadar silaturahmi pada saat lebaran, kemarin. 


Kedekatan Golkar dan PAN dengan Jokowi, membuat dua partai ini langsung bereaksi cepat atas pertemuan Prabowo dan Megawati secara diam-diam itu. 


Bahkan Ketum Bahlil Lahadalia terbang ke Solo mengunakan jet pribadi menemui Jokowi. 


Ketum Zulkifli Hasan beserta para menteri dari PAN beramai-ramai datang ke Solo dan di situlah awal munculnya isu matahari kembar.


Menteri KKP Sakti Wahyu Trenggono, yang merupakan Waketum PAN, dengan bangga mengatakan bahwa Jokowi masih Bosnya. 


Kurang lebih menteri lain juga mengatakan hal yang sama. Dengan penuh percaya diri Bahlil Lahadalia mengatakan ada masanya nanti kita membicarakan politik. 


Artinya, Bahlil tak menolak atau menerima. Tapi pada masanya nanti akan ditentukan juga, apakah akan tetap bersama Prabowo atau tidak?


Berbeda dengan Golkar, PAN seperti ketakutan dan merasa bersalah. Komunikasi menterinya menuai polemik panjang. Keceplosan. Cokinya dengan Jokowi seperti terbongkar. 


Tanpa menunggu lama, PAN secara resmi mengumumkan dukungannya kepada Prabowo untuk Pilpres 2029, yang sebelumnya Gerindra juga sudah mengumumkan.


Menariknya, Prabowo justru seperti menepis dukungan itu. 


"Nantilah itu ya, kita kerja dulu untuk rakyat," kata Presiden Prabowo, menanggapi dukungan PAN itu. Prabowo seperti dapat membaca manuver yang sedang dilakukan PAN. 


Apalagi, Zulkifli Hasan dengan tegas mengatakan soal Cawapres harus dibicarakan. 


Tak bisa maunya Prabowo saja. Artinya, peluang Jokowi untuk Gibran ada pada keputusan PAN. 


Gibran tak akan dimajukan melawan Prabowo, jika Gibran masih diambil sebagai Cawapres.


PAN bisa saja ditinggalkan Prabowo, kalau terlalu banyak mau. Sok mendikte Prabowo pula. Minimal, dibiarkan saja bermanuver seperti dulu. 


Ujung-ujungnya kembali lagi kepada Prabowo. Pemilih PAN akan lebih banyak ke Prabowo daripada yang lain. Sejak dulu, begitu.


Tak masalah PAN menggandeng Jokowi dan Gibran. Jokowi dan Gibran tak akan seperti dulu lagi. 


Sekarang semua sudah berbeda, kendati rumah Jokowi di Solo selalu disambangi warga atau pendukungnya. Masa keemasan Jokowi sudah lewat.


Salah PAN, kalau masih bertumpu kepada Jokowi. Prabowo tentulah punya cara. Caranya, akan jauh lebih cantik. Tak akan ada konfrontasi. 


Semua jalan sudah dibuka oleh Prabowo. Bahkan termasuk jalan bersama dengan PDIP. Prabowo pegang kendali, tapi seolah-olah tidak mengendalikan.


Kepada Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PKB, Prabowo berpesan rapatkan barisan. 


Artinya, PAN bisa hengkang diganti PKB. PKB relatif jinak pada petahana, kecuali terhadap Jokowi. Itupun karena periode ke-2. 


Muhaimin Iskandar pernah kena juga oleh Jokowi. Tapi tak terlalu parah. Bukan Cak Imin pula orangnya, kalau tak bisa berkelit. Itu kelebihan Cak Imin. Licin seperti belut ditaburi oli.


Cak Imin bilang dukungan PAN terhadap Prabowo terlalu buru-buru. Baru juga 6 bulan menjadi menteri. 


Artinya, jalan Prabowo ke PDIP dan PKB, sudah dibuka lebar. Tinggal lagi jalan ke NasDem atau Surya Paloh. 


Kendati juga sudah dibuka, tapi tak ada kader NasDem yang duduk di kabinet menjadi tanda tanya besar juga. 


Sejauh ini Surya Paloh selalu berhasil membuat jalan alternatif. Makanya ia lebih banyak tenang dan mengamati daripada bermanuver seperti PAN. ***

Komentar