PARADAPOS.COM - Klaim Presiden Joko Widodo yang menyebutkan pernah kuliah di jurusan Teknologi Kayu Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali menjadi sorotan publik, setelah penelitian mendalam yang dilakukan oleh Dr Surya Suryadi, seorang dosen dan peneliti asal Universitas Leiden, Belanda.
DR Surya Suryadi, yang melakukan riset dengan menelusuri arsip akademik di Perpustakaan Universitas Leiden.
Ia mengungkapkan fakta mengejutkan mengenai struktur jurusan di Fakultas Kehutanan UGM.
Dalam penelusurannya, DR Surya Suryadi menemukan bahwa tidak pernah ada jurusan bernama "Teknologi Kayu" di UGM, yang jelas bertentangan dengan klaim Presiden Jokowi yang beberapa kali mengaku kuliah di jurusan tersebut.
"Setelah memeriksa arsip resmi, yang ada di Fakultas Kehutanan UGM hanya Bagian Teknologi Kehutanan, bukan Teknologi Kayu," jelas Dr Surya Suryadi dalam penjelasannya yang dipublikasikan pada 24 April 2025.
Menurutnya, Fakultas Kehutanan UGM didirikan pada 17 Agustus 1963, dengan tiga bagian utama: Ekonomi Perusahaan Hutan, Silvikultur, dan Teknologi Kehutanan.
Baru pada 1980-an, Fakultas Kehutanan berkembang menjadi empat bagian, yakni Manajemen Hutan, Silvikultur, Teknologi Kehutanan, dan Konservasi Sumber Daya Hutan.
Dr Surya Suryadi lebih lanjut menjelaskan bahwa hingga saat ini, UGM tidak pernah mencatat adanya jurusan dengan nama "Teknologi Kayu".
Bahkan, di arsip resmi yang ia teliti, tidak ditemukan catatan apapun yang mendukung klaim tersebut.
"Jika memang ada, tentu harus ada bukti berupa dokumen akademik atau arsip resmi yang membuktikannya," tegasnya.
Penelusuran ini mengundang perhatian lebih luas mengenai pentingnya dokumentasi sejarah akademik dan transparansi data pendidikan di Indonesia.
Dr Surya Suryadi dikenal dengan keahlian di bidang filologi dan naskah-naskah Nusantara, mengungkapkan bahwa penelitiannya bertujuan untuk menjaga integritas sejarah akademik, bukan untuk menyerang atau merendahkan siapapun.
Profil Dr. Surya Suryadi
Dr. Surya Suryadi lahir 15 Februari 1965 adalah seorang pakar filologi dan ahli dalam penelitian naskah-naskah Nusantara.
Sebelum bergabung dengan Universitas Leiden pada 1998, Suryadi memulai karir akademiknya di Universitas Andalas (Unand) dan Universitas Indonesia.
Ia kini menjadi dosen tetap di Universitas Leiden dan aktif melakukan penelitian tentang naskah-naskah klasik yang berhubungan dengan sejarah Indonesia.
Di Leiden, Suryadi telah menghasilkan berbagai kajian penting, seperti analisis terhadap surat-surat raja-raja di wilayah Indonesia Timur serta penelitian mengenai teks Melayu klasik seperti "Syair Lampung Karam".
Salah satu karyanya yang terkenal adalah kajian tentang letusan Gunung Krakatau pada 1883, yang dicatat dalam sumber-sumber pribumi.
Suryadi juga memimpin proyek penelitian yang didanai oleh British Library, dan hasil penelitiannya telah dipublikasikan dalam berbagai jurnal internasional.
Ia juga sering diundang sebagai pemakalah di seminar-seminar internasional.
Dengan latar belakang akademik yang solid dan pengalamannya dalam penelitian sejarah dan filologi, Dr Surya Suryadi telah memberikan kontribusi besar dalam memperkaya pemahaman kita tentang sejarah Indonesia dan pentingnya menjaga integritas arsip akademik.
Setamat dari Universitas Andalas (Unand) pada tahun 1991, ia menjadi asisten dosen di almamaternya.
Namun, karena tak kunjung diangkat menjadi dosen tetap setelah tiga tahun mengabdi, ia memutuskan pindah mengajar ke Fakultas Sastra, Universitas Indonesia (UI).
Empat tahun menunggu tanpa kepastian kapan diangkat sebagai dosen tetap, ia kembali memutuskan untuk pindah.
Bak kata pepatah Minang: "jikok nasib alun baubah, labiah elok rantau dipajauah.", ia mengikuti tawaran mengajar dari Universitas Leiden, Belanda.
Sejak akhir tahun 1998, ia menjadi dosen tamu untuk penutur ibu bahasa Indonesia di Universitas Leiden dan terhitung tahun 2001 ia diangkat sebagai dosen tetap.
Di Belanda, Suryadi menemukan 'dunia sunyinya' dengan menyelami masa lalu melalui penelitian naskah-naskah lama dan buku-buku klasik mengenai Nusantara yang banyak tersimpan di perpustakaan Leiden.
Banyak hasil kajiannya yang telah dipublikasikan di berbagai jurnal internasional dan mendapatkan berbagai tanggapan.
Ia juga sering diundang sebagai pemakalah seminar di mancanegara, dan juga dipercaya memimpin proyek pernaskahan yang didanai The British Library.
Salah satu karyanya, yaitu kajian terhadap surat-surat raja-raja Buton, Bima, Gowa, dan Minangkabau kemudian dimasukkan dalam suatu proyek di Australian National University, Canberra, Australia dengan nama Malay Concordance Project.
Beberapa kajiannya yang lain, di antaranya teks Melayu klasik Syair Lampung Karam, satu-satunya sumber pribumi nusantara tentang letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 yang mengakibatkan gelombang tsunami serta menghancurkan wilayah pantai selatan Sumatra dan pantai barat Jawa.
Suryadi mengenyam pendidikan hingga tamat SMA di kampung halamannya, Padang Pariaman.
Pada tahun 1986, ia masuk ke Fakultas Sastra, Universitas Andalas (Unand) dan tamat pada tahun 1991.
Ia sempat menjadi asisten dosen di almamaternya dan sebagai asisten dosen di Universitas Indonesia sebelum ke Universitas Leiden, Belanda.
Pada tahun 2002 ia mendapatkan gelar master (MA) dari Universitas Leiden, kemudian gelar doktor juga dari universitas yang sama pada 16 Desember 2014, dengan disertasi yang berjudul The Recording Industry and Regional Culture in Indonesia: The Case of Minangkabau.
Walaupun memakai nama Jawa, ia adalah orang Minang tulen. Ia lahir pada 15 Februari 1965 pasca-penumpasan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatra Tengah oleh pemerintah pusat.
- Syair Lampung Karam (2010)
- Sejarah pengajaran Bahasa Minangkabau (2009)
- Sepucuk Surat dari Seorang Bangsawan Gowa di Tanah Pembuangan
- Syair Sunur (2004)
- Naskah Tradisi Basimalin (1998)
- Dendang Pauah (1993)
- Rebab Pesisir Selatan (1993).
Kekayaan Arsip di Universitas Leiden, Dikenal Sebagai Jendela Sejarah Dunia
Universitas Leiden di Belanda dikenal memiliki koleksi arsip sejarah yang sangat luas dan beragam, meliputi berbagai bidang ilmu dan rentang periode waktu yang panjang.
Arsip-arsip ini menjadi sumber utama bagi para akademisi dan peneliti, khususnya dalam bidang sejarah, ilmu sosial, dan ilmu alam.
Universitas ini juga aktif bekerja sama dengan berbagai lembaga untuk mendigitalkan koleksinya, sehingga dapat diakses oleh publik global.
Beberapa jenis arsip penting yang tersimpan di Universitas Leiden antara lain:
1. Arsip Sejarah Akademik: Berisi dokumentasi tentang perkembangan pendidikan tinggi sejak Leiden didirikan pada 1575, termasuk perubahan kurikulum, catatan program studi, serta perjalanan akademik dosen dan mahasiswa terkemuka.
2. Arsip Sejarah Politik dan Sosial: Koleksi ini mencakup dokumen tentang sejarah politik, perdagangan internasional, kolonialisme, serta berbagai gerakan sosial dan budaya, baik di Belanda maupun di negara lain.
3. Arsip Penelitian dan Ekspedisi: Universitas Leiden menyimpan catatan lengkap mengenai berbagai ekspedisi ilmiah, penelitian etnografi, serta studi tentang alam dan masyarakat yang dilakukan oleh akademisi lintas disiplin.
4. Arsip Sejarah Kolonial: Mengingat sejarah panjang kolonialisme Belanda, Leiden menjadi rumah bagi banyak arsip yang berkaitan dengan Indonesia, Suriname, dan wilayah lain yang pernah menjadi koloni Belanda.
5. Arsip Hukum dan Hukum Internasional: Koleksi ini meliputi dokumen mengenai perkembangan hukum Belanda, hukum internasional, hak asasi manusia, serta sejarah hubungan internasional.
6. Arsip Sastra dan Budaya: Termasuk manuskrip klasik Belanda, dokumen filosofi, serta arsip terkait perkembangan budaya Eropa dan kontribusi Belanda dalam seni, sastra, dan pemikiran intelektual.
7. Arsip Sejarah Militer: Berisi dokumen tentang strategi, diplomasi, dan peristiwa militer Belanda, terutama terkait dengan Perang Dunia I dan II.
8. Arsip Sejarah Alam dan Sains: Mengabadikan perjalanan ilmiah di bidang astronomi, biologi, geografi, dan ilmu pengetahuan lainnya, mulai dari abad ke-16 hingga abad ke-20.
10. Arsip Kerjasama Internasional: Mencatat hubungan dan proyek kolaborasi Leiden dengan berbagai lembaga internasional, termasuk perjanjian penelitian dan program pertukaran akademik.
Dengan koleksi yang begitu kaya dan beragam, Universitas Leiden tidak hanya menjadi pusat penyimpanan sejarah, tetapi juga menjadi pintu gerbang penting bagi pemahaman lintas budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan dunia.
Sumber: Sawitku
Artikel Terkait
Pakar Hukum Tata Negara Sebut Gibran Bisa Dimakzulkan
Menteri Ngadep Jokowi Bentuk Pemberontakan Kecil ke Prabowo
Publik Heran Istri Nico Surya Masih Berteman dengan Paula Verhoeven
Purnawirawan TNI Usulkan Larang TKA Cina Masuk Wilayah Indonesia, Begini Datanya