Terbongkarnya Dugaan Pelecehan Santri di Lombok Gegara Viral Walid Bidaah

- Selasa, 22 April 2025 | 05:45 WIB
Terbongkarnya Dugaan Pelecehan Santri di Lombok Gegara Viral Walid Bidaah




PARADAPOS.COM - Viralnya serial asal Malaysia 'Bidaah' dengan karakter antagonis bernama Walid, menguak tabir kejahatan di sebuah pondok pesantren (ponpes) di Gunung Sari, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB). 


AF, ketua yayasan sekaligus pimpinan ponpes, diduga mencabuli puluhan santriwatinya. Kini, polisi telah menangkap AF.


"Pelaku (AF) saat ini kami amankan terlebih dahulu, karena menimbang situasi di sana belum kondusif," kata Kasat Reskrim Polresta Mataram, AKP Regi Halili, Senin (21/4/2025).


Regi menegaskan status AF saat ini masih sebagai terlapor. Ia belum menjadi tersangka karena Polresta Mataram masih menyelidiki dugaan kekerasan seksual tersebut.


Melecehkan Santri di Tempat Berbeda


Para korban pelecehan seksual, Regi berujar, menyampaikan AF melecehkan santriwatinya di lokasi berbeda-beda. 


"Ya betul (banyak tempat), ada yang di kamar, di ruangan, dan ada di ruangan tertentu, kami masih melakukan pendalaman," urainya.


Regi mengatakan para korban sebelumnya tak berani melaporkan kejadian tersebut. 


Namun, dengan adanya serial 'Bidaah' yang viral di media sosial (medsos) membuat mereka termotivasi untuk melapor kekerasan seksual oleh FA ke polisi.


Regi mengatakan polisi masih terus mendalami kasus itu, karena diduga masih banyak korban lain yang belum melapor. 


"Kami baru menerima laporan sekitar enam orang dan ini kami terus kembangkan," kata dia, Senin (21/4/2025).


"Menurut keterangan korban, dugaan lebih dari 10-15 orang yang menjadi korban. Tetapi kami akan tetap memastikan berapa korban yang sebenarnya," sambungnya.


Menurutnya, penyidik mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) atau lokasi yang disebut korban sebagai tempat pelecehan seksual tersebut. 


"Kami sudah mendatangi TKP dan melakukan pengecekan terhadap TKP yang dipakai oleh terduga pelaku pencabulan dan persetubuhan," pungkas Regi.


Sebelumnya, para korban kebejatan AF mulai buka suara dan membongkar kelakuannya karena termotivasi oleh kisah serial 'Bidaah' asal Malaysia yang viral di media sosial.


"Korban ini adalah alumni santriwati pondok yang terinspirasi dari film Bidaah Malaysia. Kemudian, kok di film itu hampir sama dengan pengalamannya di pondok yang dilakukan oleh terduga pelaku ini," ujar Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Mataram, Joko Jumadi, di Mapolresta Mataram, Senin.


Menurut Joko, para korban awalnya bersuara melalui grup WhatsApp (WA) alumni ponpes. 


Mereka menyebut perilaku pimpinan ponpes tempat mereka pernah menimba ilmu sama dengan alur film 'Bidaah' dengan tokoh Walid itu.


"Nah, jadi dengan adanya film ini lah yang memberanikan diri untuk buka suara," imbuh Joko.


Modus AF Cabuli Santri


Joko menjelaskan modus AF melakukan pelecehan seksual dengan cara menjanjikan keberkatan agar kelak melahirkan anak-anak baik.


"Modusnya adalah si pimpinan ponpes ini menjanjikan akan memberikan keberkatan di rahimnya (korban) supaya dapat melahirkan anak-anak yang akan menjadi seorang wali," ungkap Joko.


Joko menduga korban pelecehan seksual oleh ketua yayasan ponpes di Gunung Sari, Lombok Barat, mencapai puluhan orang. 


Menurutnya, sebagian dari mereka menjadi korban persetubuhan dan sisanya hanya sampai pencabulan.


"Ada (korban) yang sampai persetubuhan yang dugaannya sekitar sepuluh orang dan sisanya ini cabul. Yang cabul ini mereka sudah sempat dimanipulasi, diraba, kemudian mereka menolak untuk diberikan keberkatan di rahimnya," imbuhnya.


Dosen Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Mataram (Unram) itu mengungkapkan aksi bejat tersebut mulai dilakukan AF sejak 2016 hingga 2023. 


Berdasarkan keterangan dari pihak yayasan yang dia terima, AF sudah dicopot dari jabatannya.


Joko mengatakan pihak ponpes juga sudah melakukan klarifikasi terkait dugaan pelecehan yang dilakukan oleh AF terhadap sejumlah santriwati. 


Setelah para korban buka suara, dia berujar, AF mengakui perbuatannya.


"Kemudian pihak yayasan melakukan klarifikasi terhadap yang bersangkutan dan terduga pelaku menurut pimpinan pondok itu menyatakan mengakui perbuatannya," imbuh Joko.


Diajak ke Ruang Kelas


Joko menyebut saat AF melakukan aksinya dengan mengajak korban ke sebuah ruangan kelas. Setelah itu, AF melakukan manipulasi psikologi terhadap korban.


"Mereka ini diajak satu per satu ke dalam ruangan itu, ada proses manipulasi psikologi. Rata-rata kejadiannya malam, di atas jam 1 atau 2," ungkap Joko.


Hingga kini, sebanyak enam korban dugaan pelecehan seksual oleh AF melayangkan laporan ke Polresta Mataram. 


Namun, sudah ada 20 nama yang diduga menjadi korban kebejatan AF dan diperkirakan masih akan bertambah.


"Jadi anak-anak ini, dugaan ada 20 nama yang sudah masuk," pungkasnya.


Sumber: Detik

Komentar