Nilai tukar (kurs) Rupiah kembali tertekan ke posisi Rp16.611 per Dolar AS pada perdagangan Selasa sore, 25 Maret 2025.
Mata uang Garuda itu anjlok 44 poin atau minus 0,27 persen dibanding perdagangan sebelumnya. Kurs ini menjadi yang terendah sejak krisis 1998.
Presiden Komisaris HFX International Berjangka, Sutopo Widodo, menilai pelemahan Rupiah ini didorong oleh tekanan ekonomi internasional dan kekhawatiran keuangan domestik.
“Pelemahan Rupiah Indonesia dipengaruhi oleh penguatan Dolar AS yang telah pulih dari titik kritis, di saat ketidakpastian ekonomi global mendorong investor untuk mencari aset safe haven seperti Dolar AS,” jelas Sutopo kepada RMOL, Selasa 25 Maret 2025.
Sutopo menambahkan, kekhawatiran seputar potensi pengenaan tarif AS dan ekspektasi bahwa Federal Reserve AS akan mempertahankan suku bunga yang lebih tinggi juga menjadi faktor pendukung dari penguatan mata uang tersebut.
Selain itu, kurs Rupiah juga kian tertekan karena sentimen yang berkembang tentang kesehatan fiskal Indonesia, terutama mengenai potensi peningkatan defisit anggaran.
“Meskipun fundamental ekonomi Indonesia relatif kuat, kekhawatiran tentang defisit transaksi berjalan atau inflasi dapat memengaruhi sentimen investor. Fluktuasi sentimen pasar, seperti kekhawatiran tentang stabilitas politik atau kebijakan ekonomi, masih menjadi pemicu pelemahan Rupiah,” paparnya.
Ia pun memprediksi Rupiah akan bergerak di kisaran Rp16.500 hingga Rp17.000 pada pekan ini.
Sumber: rmol
Foto: Ilustrasi/Net
Artikel Terkait
Dua TNI Penembak Bos Rental Mobil Divonis Seumur Hidup, Satu Pelaku Dipenjara Empat Tahun
Ranking FIFA Timnas Indonesia usai Kalahkan Bahrain, Meroket Naik 7 Tangga ke 123 Dunia
Kisah Pilu Mojang Bandung Adelia Septa Jadi Korban KDRT Suami: Dipiting Ga Apa-apa, Udah Biasa
Prabowo Sentil Hasan Nasbi Soal Komunikasi