Reformasi 1998 Ternyata Produk Rekayasa Politik, Apakah Jokowi Juga Produk Rekayasa Politik Oleh Pihak Yang Sama?

- Minggu, 23 Maret 2025 | 17:45 WIB
Reformasi 1998 Ternyata Produk Rekayasa Politik, Apakah Jokowi Juga Produk Rekayasa Politik Oleh Pihak Yang Sama?


'Reformasi 1998 Ternyata Produk Rekayasa Politik, Apakah Jokowi Juga Produk Rekayasa Politik Oleh Pihak Yang Sama?'


Rekayasa Politik merupakan istilah yang populer di masa Orde Baru dan juga populer bertahun-tahun setelah Orde Baru. 


Istilah ini bermakna bahwa peristiwa politik sebenarnya tidak terjadi secara natural, tetapi lebih disebabkan rekayasa dan set up secara sengaja dan terancang oleh pihak-pihak yang sanggup memaksakan terjadinya keadaan yang diinginkan untuk tujuan yang sudah ditentukan sejak semula.


Lalu benarkah Reformasi 1998 merupakan produk rekayasa politik dengan hasil antara terjungkalnya Soeharto sebagai penguasa dan hasil akhir, bergantinya penguasa politik baru dengan tatanan baru yang menjamin bercokolnya penguasa baru pasca Soeharto?


Jauh sebelum menonton podcast Hermawan Sulistyo atau dipanggil Kikiek di saluran YouTube 2045 TV yang dipublikasi pada 16 Maret 2025, saya sudah lama mengambil kesimpulan bahwa reformasi adalah produk rekayasa politik berdasarkan data-data yang terkumpul oleh Almarhum Teguh Esha, sahabat saya. 


Almarhum mengambil data-data hasil wawancara beliau dengan berbagai individu yang terlibat dalam gerakan reformasi tersebut, kemudian diterbitkan menjadi buku. 


Saya sendiri, kebagian tugas oleh beliau mentranskripsi wawancara tersebut sehingga akibatnya banyak informasi yang tidak lazim tentang reformasi 1998 jadi saya ketahui, dalam arti kata, informasi behind the scene. 


Wawancara itu sendiri, tidak seluruhnya diterbitkan jadi buku pada 2011 dengan judul Reformasi Belum Selesai, karena pertimbangan banyak alasan.


Namun setelah sekarang Hermawan Sulistyo mengakui dan menuturkan sisi lain dari gerakan reformasi 1998, menjadi terkonfirmasi apa yang saya ketahui selama ini bahwa: reformasi 1998 penuh rekayasa politik guna memaksa Soeharto turun dari jabatannya sebagai Presiden dengan tekanan berupa penciptaan peristiwa yang memicu chaos nasional yang didesign secara terencana, yakni dengan menumbalkan 4 nyawa mahasiswa Universitas Trisakti dengan tujuan mengeskalasi kerusuhan sehingga kekuasaan Soeharto dapat rubuh lebih cepat.


Dalam arti kata, reli demonstrasi sengaja digelar dengan ujung terbunuhnya 4 mahasiswa untuk menyulut kemarahan dan kerusuhan yang lebih besar dan luas hingga tergulingnya Soeharto dari kursi kepresidenan.


Mari kita dengarkan keterangan Kikiek dalam video tersebut.


“Jadi kalau mau menurunkan Presiden melalui parlemen jalanan, itu ada beberapa syarat. (1) Demo harus di Jakarta. (2) Demonya minimal (dengan massa jumlahnya) 100 ribu. (3) (Demo) harus terus menerus selama 1 bulan. (4) Ujung (demo itu) harus ada martir. Tinggal kita milih martirnya siapa. Jadi waktu 98, saya bilang, martirnya harus mahasiswa.”


“Host bertanya, itu alamiah?”


“Kikiek jawab, kita siapin, yang mau mati, siapa.”


Selanjutnya silakan pembaca menyimak isi video tersebut. (https://youtu.be/U_rPHJuvZ_0?si=ejuusVyb8-9SRtww)


👇👇



Konsekwensi dari Pernyataan Kikiek


Dari keterangan Kikiek tersebut, dapat disimpulkan bahwa chaos 1998 dan terbunuhnya 4 mahasiswa Universitas Trisaksi merupakan rencana yang teratur. 


Dalam rangka melengkapi keterangan, penulis menuntut supaya yang bersangkutan dimintai keterangan dan kesaksiannya lebih lanjut terhadap aspek rekayasa peristiwa tragedi 1998 tersebut yang telah memakan korban yang banyak tersebut. 


Pertanyaan yang harus ditujukan kepada Kikiek, sejauh mana keterlibatan dia dan siapa-siapa saja yang terlibat dalam kelompok dia? 


Dan apakah Luhut Panjaitan terlibat sehingga Luhut sampai memuji Kikiek dengan ucapan “paten”.


Kalau ternyata benar bahwa 4 nyawa mahasiswa Universitas Trisakti tersebut adalah hasil tumbal secara sengaja sesuai keterangan Kikiek, tentu patut berkonsekwensi hukum. 


Mereka harus bertanggungjawab dan jangan sampai publik terperdaya dan termanipulasi bahwa peristiwa reformasi ternyata peristiwa rekayasa politik oleh sekelompok petualang yang ingin merebut kekuasaan dan memuluskan kekuasaan jatuh ke tangan mereka pada fase-fase selanjutnya pasca reformasi.


Hal ini harus dibongkar supaya peristiwa kelam tersebut menjadi terang benderang dan tidak lagi terjadi berulang di kemudian hari oleh para petualang yang selalu tanpa rasa bersalah menumpahkan darah dan korban nyawa demi memenuhi hasrat berbahaya mereka. ***

Komentar