Filipina rasanya jadi kakak perubahan untuk Indonesia. Gerakan people power melawan rezim otoroter Ferdinand Marcos 1986 menginspirasi gerakan reformasi rakyat Indonesia untuk menumbangkan Soeharto tahun 1998. Keduanya berlatar belakang militer. Marcos berkuasa 21 tahun, Soeharto 32 tahun. Sama-sama didera isu pelanggaran HAM, korupsi, dan krisis ekonomi.
Saat ini Presiden Filipina adalah Marcos Jr putera Ferdinand yang menggantikan Duterte pendahulunya. Adapun Wakil Presidennya adalah Sarah Duterte, puteri mantan Presiden Rodrigo Duterte. Marcos Jr yang dipanggil Bongbong ini “dikawinkan” dengan Sara Duterte dan diperjuangkan kemenangannya atas cawe-cawe Duterte. Namun “perkawinan” itu berumur pendek Marcos Jr bentrok dengan Sara.
Wakil Presiden Sara Duterte atas “gerilya” Marcos Jr akhirnya dimakzulkan oleh DPR Filipina. Sementara sang ayah akhirnya ditangkap Kepolisian Filipina atas perintah ICC yang berkedudukan di Den Haag Belanda. Tuduhan atasnya adalah pembunuhan yang dikualifikasikan pelanggaran HAM berat. Marcos Jr ngeles tidak terlibat hanya menjalankan perintah ICC.
Di Indonesia Prabowo “dikawinkan” dengan Gibran putera Joko Widodo mantan Presiden. Prabowo Gibran sukses berkat cawe-cawe Jokowi. Segala potensi kekuasaan Presiden dikerahkan termasuk curang. Prabowo Gibran menang dan menjadi Presiden Wakil Presiden. Prabowo digadang-gadang partainya untuk maju kembali 2029, sementara Gibran bermanuver “blusukan” ala bapaknya.
Wapres Gibran di samping lolos kontroversial juga tidak bermutu hingga dipanggil “Samsul”. Fufufafa adalah gelar cacat moralnya. Sebagaimana Sara Duterte, Gibran juga terus digoyang untuk dimakzulkan. Ayahnya Jokowi didesak oleh rakyat untuk ditangkap dan diadili. Nampaknya arah politik akan bergerak menuju pemakzulan Gibran dan pengadilan Jokowi.
Ini “conditio sine qua non” jika Prabowo ingin selamat. Mengambangkan apalagi mempertahankan akan menjadi causa dari tumbangnya Prabowo oleh gerakan rakyat atau people power. Filipina dan Indonesia cukup berpengalaman dalam menjalankan model gerakan rakyat ini. Maklum keduanya kakak beradik.
Sara Duterte sudah dimakzulkan sebentar lagi adiknya Gibran Fufufafa akan makzul juga. Mudah dan telah memenuhi syarat konstitusional untuk itu. Jokowi terus diburu rakyat untuk ditangkap dan diadili. Cepat atau lambat hal ini akan terealisasi.
Nah, sebagai adik yang setia kepada kakak, maka nasib Rodrigo Duterte dan Sarah Duterte akan diikuti oleh Joko Widodo dan Gibran Rakabuming Raka.
Kasus korupsi yang menggila dan kondisi ekonomi yang memburuk serta pelanggaran HAM yang terus ditutup, menciptakan gelombang panas perubahan.
Konsolidasi perjuangan rakyat akan bergerak alami. Sementara cakar-cakaran di lingkaran elit menambah cepat proses bumi hangus menuju penggantian kekuasaan.
Filipina dan Indonesia merupakan sesama negara ASEAN yang saling mempengaruhi. Duterte diadili oleh ICC, Jokowi pun data kejahatan HAM untuk kasus KM 50, 21-22 Mei dan Kanjuruhan mestinya sudah terdaftar pada ICC. Semua tinggal tunggu waktu.
Bandung 13 Maret 2025
by M Rizal Fadillah
Pemerhati Politik dan Kebangsaan
______________________________________
Disclaimer: Rubrik Kolom adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan PARADAPOS.COM terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi PARADAPOS.COM akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
Artikel Terkait
Setelah Asam Sulfat, Momen Gibran Bahas Gizi MBG Pakai Istilah Gramasi Bikin Geleng-Geleng: Lu Mending Diem Deh!
Ramai Desakan Letkol Teddy Harus Mundur dari TNI, KSAD Beri Jawaban
Kronologi Siswa SMA Tewas Diduga Ditendang Oknum Polisi di Asahan, Diamankan saat Nonton Lomba Lari
Pernah Dibongkar Asisten Shella Saukia, Video Viral Diduga dr Oky Pratama dan Robby Purba Tersebar di Twitter