Penunjukan Ray Dalio dan Tony Blair sebagai penasihat BPI Danantara, sebuah superholding yang mengelola aset bernilai ribuan triliun rupiah, menuai kritik tajam dari pengamat intelijen dan geopolitik Amir Hamzah. Menurutnya, keputusan ini bisa mengancam kedaulatan ekonomi Indonesia dan membuka pintu bagi kepentingan asing untuk lebih dalam mengontrol aset strategis negara.
Amir Hamzah menyoroti latar belakang Ray Dalio sebagai seorang investor global yang mengedepankan pendekatan kapitalisme finansial. Sementara itu, Tony Blair dikenal sebagai mantan Perdana Menteri Inggris yang memiliki rekam jejak dalam mempromosikan kebijakan ekonomi liberal yang lebih menguntungkan korporasi besar dibandingkan dengan negara-negara berkembang.
“Ray Dalio dan Tony Blair adalah representasi dari kapitalisme global yang bertentangan dengan prinsip ekonomi Pancasila. Mereka bukan sosok yang akan memperjuangkan kepentingan rakyat, tetapi lebih kepada kepentingan korporasi asing,” ujar Amir Hamzah yang dikutip dari www.suaranasional.com, Sabtu (8/3/2025).
Keberadaan mereka dalam struktur BPI Danantara menimbulkan kekhawatiran bahwa kebijakan yang mereka rekomendasikan akan lebih menguntungkan modal asing dibandingkan dengan penguatan ekonomi domestik yang berbasis kemandirian dan pemerataan.
Amir Hamzah juga mengingatkan publik terhadap kegagalan Tony Blair dalam menarik investor untuk proyek Ibu Kota Nusantara (IKN). Hingga kini, proyek tersebut masih mengalami hambatan besar dalam mendapatkan pendanaan asing.
“Tony Blair sudah gagal total di IKN, kenapa sekarang diberikan kepercayaan di BPI Danantara? Ini bisa menjadi indikasi bahwa pemerintah lebih percaya pada tokoh asing dibandingkan dengan kemampuan anak bangsa sendiri,” lanjut Amir Hamzah.
Menurutnya, kegagalan Tony Blair di IKN seharusnya menjadi pelajaran bahwa keterlibatan figur internasional tidak serta-merta menjamin keberhasilan proyek strategis nasional. Dalam konteks BPI Danantara, ia menilai bahwa kehadiran Blair hanya akan memperbesar pengaruh asing di dalam pengelolaan aset negara.
Dengan aset yang sangat besar, BPI Danantara memiliki potensi untuk mengendalikan sektor-sektor strategis ekonomi Indonesia. Amir Hamzah mengingatkan bahwa jika pengelolaan superholding ini lebih banyak dipengaruhi oleh tokoh-tokoh dengan latar belakang kapitalisme global, maka kedaulatan ekonomi Indonesia bisa terancam.
“Kalau mereka yang menentukan arah kebijakan BPI Danantara, maka kita harus waspada. Jangan sampai superholding ini malah menjadi alat bagi investor asing untuk menguasai sumber daya dan infrastruktur penting di Indonesia,” tegasnya.
Menurutnya, Ray Dalio, dengan koneksi luasnya di sektor hedge fund internasional, bisa saja membuka pintu lebih lebar bagi investor asing untuk mengendalikan berbagai sektor penting di Indonesia, mulai dari infrastruktur hingga sumber daya alam.
Tak hanya dari sisi ekonomi, Amir Hamzah juga menyoroti aspek geopolitik dari penunjukan ini. Ia menilai bahwa baik Ray Dalio maupun Tony Blair memiliki hubungan erat dengan kepentingan geopolitik Barat.
“Tony Blair ini punya rekam jejak yang dekat dengan kebijakan pro-zionis Israel. Sementara kita tahu bahwa Indonesia sangat pro-Palestina. Jangan sampai ada kepentingan asing yang diam-diam masuk melalui ekonomi,” kata Amir Hamzah.
Ia menilai bahwa penunjukan ini bisa menjadi bagian dari agenda besar yang lebih menguntungkan pihak asing dibandingkan dengan rakyat Indonesia.
Amir Hamzah menegaskan bahwa keterlibatan Ray Dalio dan Tony Blair dalam BPI Danantara harus dicermati dengan kritis. Ia meminta pemerintah untuk lebih mengutamakan kepentingan nasional dan tidak membiarkan figur asing mendikte arah kebijakan ekonomi Indonesia.
“Kita punya banyak ekonom dan praktisi bisnis yang mampu mengelola aset strategis tanpa harus bergantung pada tokoh-tokoh asing. Pemerintah harus berhati-hati agar kebijakan ini tidak berujung pada hilangnya kedaulatan ekonomi Indonesia,” pungkasnya.
Sumber: suaranasional
Foto: Amir Hamzah (IST)
Artikel Terkait
Geger Video Klip Lagu Iclik Cinta, Ternyata Lirik Lagunya Bikin Netizen Geleng-geleng, Isinya...
Ganjar Dimintai Tanda Tangan Bocah SD Usai Isi Ceramah di Masjid UGM, Netizen: Tanda Tangan Tarawih Paling Mahal
Didiuga Oknum Polisi Polda Sulsel Bebaskan Pelaku Pengguna Narkoba Usai Bayar Rp 15 Juta
Jatuh Hati Melihat Ibadah Shalat, Pemain Asing Ini Putuskan Mualaf di Indonesia