Bulan puasa tahun ini menjadi Ramadan kelima bagi Surianti dan Johan sejak memutuskan masuk Islam 5 Februari 2020. Dua puluh tahun lamanya proses perjalanan spiritual sepasang suami istri ini dilalui, sebelum memutuskan pindah keyakinan dari Katolik menjadi Islam.
MULANYA, ketertarikan terhadap Islam dirasakan oleh suaminya. Namun ia masih menunggu Surianti agar sama-sama masuk Islam. "Saya menikah sudah 25 tahun , dari pertama nikah suami saya sudah ajak saya masuk Islam, tapi saya belum siap waktu itu," jelas warga Tanah Hitam, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, kepada Pontianak Post.
Surianti masih ingat kala hidayah Allah datang menghampiri. Akhir Desember 2019, ia bermimpi selama tiga malam berturut-turut. "Mimpi pertama saya, saya mimpin azan. Mimpi kedua, saya mimpi saya pandai mengaji. Mimpi ketiga saya mimpi, saya sedang salat di sebuah masjid besar yang megah," paparnya.
Surianti kemudian bercerita kepada suaminya perihal mimpi tiga malam berturut-turut. Suaminya menjelaskan, jika mimpi itu tanda bahwa Surianti telah diberi hidayah oleh Allah SWT. "Terus suami jawab itu tandanya saya sudah dikasih hidayah dari Allah SWT," katanya.
Surianti tak langsung memeluk agama Islam saat itu. Selain harus meyakinkan diri, ia juga harus meyakini kedua orang tua bahkan keempat anaknya. "Tapi Alhamdulillah satu minggu setelahnya orang tua saya bisa merestui," ungkapnya.
Anak bungsu laki-laki Surianti menyusul masuk Islam pada 11 Mei 2023. Sementara tiga anak lainnya menganut agama yang berbeda. "Tiga anak cewek saya ada yang Protestan, ada yang Katolik," jelasnya.
Surianti dan suami berhasil membangun toleransi beragama dalam keluarganya. Meski berbeda keyakinan, anak-anaknya mendukung dan menghargai pilihan orang tua. "Anak-anak juga tidak pernah makan makanan yang diharamkan seperti daging babi di rumah. Kalau mereka ingin makan, mereka makannya di luar," jelasnya.
Begitu juga momen Ramadan. Anak-anaknya tak segan untuk ikutan berpuasa, dan saat Idulfitri anak-anak merekalah yang semangat menyiapkan hadiah.
"Kalau lebaran, anak-anak pasti memberikan hampers buat kami. Tahun kemarin, anak-anak memberikan sajadah, tasbih sama kopiah buat papanya. Saya dapat hampers sama jilbab. Anak saya memang luar biasa menghargai pilihan orang tuanya," ujarnya bersyukur. Dan sebaliknya, saat anak-anaknya merayakan Natal, Surianti biasanya membuatkan kue untuk mereka.
Usai pengucapan dua kalimat syahadat, Surianti belajar salat dengan tetangganya. "Saya belajar salat diajari sama tetangga saya yang baik , beliau menulis tata cara salat di sebuah buku untuk saya. Selama dua minggu, Alhamdullilah saya sudah lancar salatnya," ungkapnya.
Masih jelas diingatan Surianti saat puasa pertama setelah menjadi muslim. Selain mudah haus, ada banyak penyesuaian yang dilakukan. Meski akhirnya semua bisa ia lalui. Surianti juga memutuskan untuk mengenakan hijab saat keluar rumah. Ia berharap dapat terus menjaga keistiqamahan dalam menjalankan perintah dan larangan agama.
Menjadi seorang muslimah membuat hati Surianti merasa lebih damai, dan tentram. Sebelumnya, ia sempat gelisah bercampur aduk saat memutuskan pindah keyakinan.
Surianti dan suaminya bersyahadat di rumahnya dan dibimbing ustaz. Bagi Surianti, Islam itu Indah. "Banyak mengajarkan hal-hal yang belum pernah saya dapat selama ini. Tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, intinya hati saya merasa damai. Emang sih semua agama itu baik, semua mengajarkan kebaikan, tapi saya merasa lebih tenang jadi mualaf," pungkasnya. (*)
Sumber: jawapos
Artikel Terkait
Tom Lembong Sebut Dakwaan Jaksa tak Akurat
Struktur FOLU Net Sink Kemenhut Didominasi Kader PSI, Muslim Arbi: Menhut Raja Juli Melawan Efisiensi Prabowo
Terungkap! Pengemudi Ojol di Bekasi Tewas Dibunuh oleh Teman SD
Jaksa Agung Sebut Tersangka Korupsi Tata Kelola Minyak Pertamina Bisa Dijerat Hukuman Mati