Peluit Anjing SBY: Kritik Untuk Jokowi, Peringatan Untuk Prabowo

- Selasa, 04 Maret 2025 | 16:35 WIB
Peluit Anjing SBY: Kritik Untuk Jokowi, Peringatan Untuk Prabowo


Peluit Anjing SBY: 'Kritik Untuk Jokowi, Peringatan Untuk Prabowo'


Oleh: Damai Hari Lubis

Pengamat Kebijakan Umum Hukum dan Politik


Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dalam pembukaan Kongres ke-6 Partai Demokrat di The Ritz-Carlton Hotel, Pacific Place SCBD, Jakarta Selatan (24/02/2025), melontarkan kritik tajam terhadap Presiden Joko Widodo melalui penggunaan politik “peluit anjing” (dog whistle). 


Istilah ini merujuk pada komunikasi politik terselubung yang ditujukan kepada kelompok tertentu, tanpa secara eksplisit menyebut pihak yang dimaksud, namun tetap jelas makna dan arah pesannya.


Dalam pidatonya, SBY menegaskan bahwa selama 10 tahun masa kepemimpinannya, ia tidak pernah ikut campur urusan partai oposisi maupun partai koalisi. 


Pernyataan ini secara implisit dianggap sebagai kritik terhadap Jokowi, yang dinilai melakukan intervensi dalam dinamika internal Partai Demokrat, terutama melalui upaya pengambilalihan kepemimpinan partai oleh Moeldoko.


Senada dengan SBY, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) juga menyampaikan pernyataan bernada serupa. 


AHY mengaku telah memaafkan pihak yang pernah berupaya merebut partainya lewat Kongres Luar Biasa (KLB) tahun 2021. 


Namun, ia menegaskan bahwa pihaknya tidak akan melupakan upaya tersebut, yang dilakukan oleh Moeldoko atas restu Presiden Jokowi saat itu.


Menariknya, dalam kesempatan yang sama, AHY juga menyentil Anies Baswedan terkait dinamika politik saat Demokrat masih berada di “Poros Perubahan.” 


Demokrat merasa dikhianati ketika Anies tiba-tiba merangkul Muhaimin Iskandar sebagai cawapresnya, sehingga partai berlambang mercy itu kehilangan posisi strategis dalam koalisi. 


Meski begitu, AHY menyebut bahwa Demokrat akhirnya diuntungkan dengan keputusan tersebut karena kini mereka mendapatkan kursi dalam Kabinet Merah Putih.


Keputusan Anies merangkul Muhaimin sempat mengejutkan banyak pihak, termasuk para pendukungnya dan Demokrat. 


Kala itu, penulis sendiri merasa kecewa dan bahkan sempat menulis artikel berjudul “KPK Tidak Jadikan Muhaimin Tersangka: Anies Sosok Bajingan Tengik.” 


Meskipun demikian, akhirnya tetap mendukung Anies karena ia masih dianggap sebagai figur yang paling dekat dengan gagasan perubahan.


Namun, yang paling krusial dari pernyataan SBY dan AHY dalam kongres tersebut adalah sinyal kuat yang juga diarahkan kepada Presiden terpilih Prabowo Subianto. 


Dengan mengungkapkan pengalaman pahit di bawah pemerintahan Jokowi, SBY seakan memperingatkan Prabowo agar tidak mengulangi pola politik cawe-cawe yang dilakukan oleh mentornya itu. 


Pesan ini menjadi semacam peringatan keras agar Prabowo tetap menjaga independensi partai-partai dalam koalisinya dan tidak menggunakan kekuasaan untuk mengintervensi dinamika internal partai lain. ***

Komentar

Terpopuler