Perjalanan Sritex: Pernah Bikin Seragam Tentara NATO, Kini Pailit sampai PHK Ribuan Karyawan

- Senin, 03 Maret 2025 | 09:15 WIB
Perjalanan Sritex: Pernah Bikin Seragam Tentara NATO, Kini Pailit sampai PHK Ribuan Karyawan


PT Sri Rejeki Isman Tbk., atau yang dikenal juga sebagai Sritex resmi mengakhiri operasional pabrik mereka pada 1 Maret 2025.

Hal ini membuat ribuan pegawai Sritex diberhentikan. Momen pemberhentian ini pun menjadi viral di media sosial karena suasana haru saat Direktur Utama Sritex Iwan Kurniawan Lukminto berbaur dengan para karyawannya.

Padahal Sritex merupakan perusahaan tekstil berskala besar yang telah mengukir banyak pencapaian sejak didirikan pada tahun 1960-an. Lalu seperti apa perjalanan Sritex hingga berakhir pailit pada Maret 2025?

Bermula dari Pasar Klewer

Bisnis ini pertama kali didirikan oleh Haji Muhammad (HM) Lukminto, pebisnis berdarah Tionghoa yang sebenarnya terlahir dengan nama Ie Djie Shien di Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur pada 1 Juni 1946.

Di usianya yang ke-20 tahun alias pada tahun 1966, HM Lukminto mengawali kariernya dengan berdagang di Pasar Klewer Solo.

Laba dagangan ini dimanfaatkan oleh HM Lukminto untuk membangun pabrik tekstil bernama UD Sri Rejeki Isman di Sukoharjo, Jawa Tengah. Pabrik ini menghasilkan dua produk, yakni kain putih dan berwarna.

Pabrik Berkembang Lebih Besar

Skala bisnis perusahaan HM Lukminto semakin berkembang, hingga pada tahun 1978, perusahaan ini terdaftar di Kementerian Perdagangan sebagai Perseroan Terbatas (PT).

Lalu pada tahun 1982, Sritex pertama kali mendirikan perusahaan tenun (weaving). Sepuluh tahun setelahnya, dilakukan ekspansi pabrik Sritex dengan 4 lini produksi, yaitu pemintalan (spinning), penenunan (weaving), sentuhan akhir (finishing), dan busana (garment), dalam satu atap.

Go International dengan Memproduksi Seragam NATO

Sritex terus mengembangkan jangkauan produknya, termasuk menjadi produsen seragam militer untuk NATO dan tentara Jerman setelah menerima sertifikat dari organisasi terkait. Hingga kini, Sritex sudah membuat pakaian militer untuk lebih dari 33 negara.

Bisnis Bertahan Melewati Banyak Naik dan Turun

Berdiri sejak tahun 1968, Sritex melewati sejumlah situasi. Seperti pada tahun 2001, Sritex dinyatakan berhasil melewati krisis moneter 1998, bahkan melipatgandakan pertumbuhannya sampai 8 kali lipat.

Sritex juga berhasil bersaing secara global, hingga pada tahun 2013, perusahaan ini resmi terdaftar sahamnya di BEI dengan kode emiten SRIL.

Sejak itu, Sritex dan jajaran direksinya tak henti menerima penghargaan. Seperti Iwan Lukminto yang menerima penghargaan sebagai Businessman of The Year dari Majalah Forbes dan EY Enterpreneur of The Year dari Ernst & Young (2014).

Sritex juga menerima beberapa penghargaan MURI sebagai Pelopor dan Penyelenggaraan Penciptaan Investor Saham Terbesar dalam Perusahaan (2015) sampai Best Performance Listed Companies dari Majalah Investor (2016).

Laba perseroan pada tahun 2012 Sritex menyentuh angka Rp229 miliar. Pencapaian ini mengalami peningkatan sebanyak Rp68 miliar daripada tahun sebelumnya.

Sayangnya kali ini Sritex tak bisa melewati badai hingga dinyatakan pailit dan berujung melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada ribuan karyawannya.

Sumber: suara
Foto: Buruh mengendarai sepeda keluar dari pabrik PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) di Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis (24/10/2024). Pengadilan Negeri (PN) Niaga Semarang menyatakan perusahaan tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex dinyatakan pailit, hal tersebut tercantum dalam putusan dengan nomor perkara 2/Pdt.Sus-Homologasi/2024/PN Niaga Semarang. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/aww

Komentar

Terpopuler