Republik Rasa Kerajaan Ulah Jokowi Bikin Keraton Solo Meradang

- Minggu, 02 Maret 2025 | 22:50 WIB
Republik Rasa Kerajaan Ulah Jokowi Bikin Keraton Solo Meradang


Baru-baru ini, putra mahkota Keraton Solo, KGPAA Hamangkunegoro mengunggah pernyataan berisi penyesalan Keraton Solo telah bergabung ke Republik Indonesia.

Pernyataan yang diunggah dalam layar story Instagram @kgpaa_hamangkunegoro itu menjadi viral di media sosial.

Pengamat politik Rocky memiliki pandangan yang kritis terhadap unggahan putra mahkota Keraton Solo tersebut. Menurut dia, unggahan itu merupakan bentuk kegelisahan yang mendalam terhadap kondisi NKRI sekarang.

“itu juga penanda bahwa apa yang terjadi di kehidupan kita, juga dibatinkan, bahkan mungkin dianalisa secara metafisik oleh tradisi di dalam Keraton Surakarta,” ucap Rocky dikutip dalam kanal Youtube pribadinya, Minggu malam, 2 Maret 2025.

Akademisi yang pernah dikriminalisasi rezim Joko Widodo (Jokowi) mengulas sejarah awal berdirinya NKRI. Saat itu ada permintaan dari Soekarno-Hatta agar kesultanan di seluruh Nusantara bergabung ke NKRI.

“Jadi, kita mesti lihat juga historiografi atau bahkan genealogi dari kekuasaan itu yang berasal dari kerelaan kerajaan-kerajaan untuk membuat republik. Jadi kalau timbul istilah menyesal bergabung dengan republik, konteksnya ada di situ,” jelasnya.

Aktivis senior yang disebut-sebut pernah menjadi mentor politik dari Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) itu menilai unggahan tersebut merupakan sindiran bagi republik yang seakan menjadi rasa kerajaan.

“Dan itu pasti tertuju pada seseorang yang juga menganggap dirinya sebagai Raja Jawa atau meniatkan diri untuk mengambil sikap sebagai seorang Raja,” tegasnya.



Sosok dimaksud tentunya Presiden ke-7 RI Jokowi yang pernah disebut-sebut sebagai Raja Jawa. Kepemimpinan selama 10 tahun membuat republik dalam kondisi yang karut marut.

Bahkan Jokowi pun terang-terangan mengusung keluarga dalam pemerintahan setelahnya yang dianggap seperti kerajaan.

Rocky menilai, unggahan dari putra mahkota Keraton Solo itu harus disikapi secara cerdas dan bijak.  

“Jadi kita mulai membaca bagaimana Indonesia sebetulnya kaya dengan metaphor, bahkan kaya dengan kritik yang sifatnya sangat tajam itu. Kalau kepekaan itu datang dari seorang anak muda bahkan yang calon pemimpin Indonesia itu, dari putra mahkota kerajaan itu menanda bahwa ada yang serius, yang dibaca dengan kecerdasan, tapi juga dibaca dengan batin,” pungkasnya.   

Mengenai unggahan tersebut, perwakilan Keraton Solo, pengageng sasana wilapa Keraton Surakarta Hadiningrat, KPA.H Dany Nur Adiningrat, juga menyebut hal itu sebagai bentuk kritik untuk pemerintahan.

"Beliau sebagai anak bangsa, sebagai calon penerus dari pemimpin Jawa, Keraton, beliau adalah keturunan pahlawan Paku Buwono (PB) 10, PB 6, PB 12 yang tentara juga. Dan keraton yang sumbangsih bagi negara tidak sedikit itu bahkan, menyatakan bergabung ke republik," ungkap Dany kepada wartawan.

Dirinya memastikan bahwa Keraton Solo mempunyai jiwa merah putih. Unggahan tersebut, ditegaskan Dany hanya ungkapan satire mengenai kondisi yang terjadi.

"Dilihat kata-kata itu 'Nyesel Keraton Gabung Republik', ini adalah ungkapan satire sebagai anak bangsa. Saya pastikan kami di Keraton Solo merah putih, kita pastikan itu," pungkasnya. 

Sumber: rmol
Foto: Rocky Gerung/Net

Komentar

Terpopuler