Bayang-bayang Jokowi Bikin Investor Hengkang, Analisis Rocky Gerung Soal Ekonomi Lesu

- Sabtu, 01 Maret 2025 | 03:00 WIB
Bayang-bayang Jokowi Bikin Investor Hengkang, Analisis Rocky Gerung Soal Ekonomi Lesu


Pasar keuangan Indonesia menunjukkan tren negatif di tengah ketidakpastian politik yang kian memanas. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan dalam beberapa hari terakhir, sementara nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS.

Pengamat politik Rocky Gerung menilai bahwa kondisi tersebut tidak terlepas dari ketidakpastian politik yang menyelimuti pemerintahan Prabowo Subianto, terutama terkait masih kuatnya bayang-bayang rezim sebelumnya.

Rocky mengungkapkan bahwa indikator ekonomi dapat menjadi cerminan kondisi politik suatu negara.

“Kita tahu bahwa untuk mengukur ketegangan politik atau instabilitas politik, atau potensi politik memburuk, itu tidak memerlukan analis yang dalam dari para ahli politik. Tapi cukup dengan melihat figur, angka-angka, grafik di bidang ekonomi moneter atau pasar uang,” ujarnya dikutip dari Youtube Rocky Gerung Official, Jumat (28/2/2025).

Menurut Rocky, penurunan IHSG dan pelemahan rupiah merupakan sinyal bahwa pasar merespons negatif terhadap kebijakan pemerintah saat ini.

"Reaksi pasar justru negatif. Peringkat Indonesia yang diukur untuk menentukan apakah layak investasi atau tidak, makin lama makin turun. Dalam dua hari ini, kurs rupiah memburuk, dan itu penanda bahwa pasar bereaksi negatif terhadap keadaan dan kebijakan," katanya.

Rocky juga menyoroti bahwa faktor ketidakjelasan transisi pemerintahan menjadi salah satu alasan utama di balik kehati-hatian investor.

Menurutnya, investor global masih melihat kehadiran unsur-unsur dari pemerintahan Jokowi dalam kabinet Prabowo sebagai tanda bahwa tidak ada perubahan signifikan dalam kebijakan ekonomi dan politik.

“Yang bahaya adalah kalau ada semacam sinyal bahwa pemerintah gagal menjaminkan reputasinya untuk memperoleh utang luar negeri, gagal menjaminkan reputasi politiknya karena tidak legitimasinya pemerintah karena masih ada unsur Jokowi di situ sehingga investor asing menahan diri untuk memberi sinyal positif,” tambahnya.

Hal ini semakin diperparah dengan kebijakan besar seperti pembentukan Danantara, sebuah badan yang disebut-sebut sebagai ‘super holding’ untuk mengelola aset negara.

Namun, alih-alih mendapatkan respons positif dari pasar, Rocky mencatat bahwa bank-bank BUMN yang diduga menjadi penyokong utama modal Danantara justru mengalami tekanan di pasar saham.

“Yang paling cepat tentu melalui lalu-lalang finansial dunia, termasuk keluarnya investasi atau portofolio saham, segala macam jenis sekuritas di pasar modal kita. Jadi pengkondisian politik yang buruk hari ini dibaca sebagai faktor disinvestasi bagi para pemodal,” jelasnya.

Selain reaksi pasar, Rocky juga menyinggung gelombang protes dari kalangan akademisi yang tergabung dalam Seruan Salemba Kedua sebagai indikator lain dari ketidakstabilan politik.

Menurutnya, kritik dari kampus dan akademisi merupakan pertanda awal dari potensi gerakan politik yang lebih luas.

"Seruan Salemba Kedua yang diinisiasi oleh para akademisi, dosen, dan para guru besar itu penanda bahwa kemampuan politik untuk membungkus kesalahan-kesalahan rezim sebelumnya itu terbaca lalu diuraikan sebagai protes oleh kalangan akademis. Dan protes kalangan akademisi selalu bisa berakibat protes politik yang meluas,” ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa dalam kondisi seperti ini, masyarakat akan kembali pada kesadaran moral dan hati nurani untuk menilai jalannya pemerintahan.

“Keutuhan hati nurani itu biasanya dimiliki oleh kalangan kampus, kalangan intelektual,” katanya.

Seiring dengan kondisi ekonomi yang tidak menentu dan tekanan politik yang terus meningkat, tantangan Prabowo dalam 100 hari pertama kepemimpinannya semakin besar.

Sinyal positif dari pemerintah diperlukan untuk meyakinkan pasar dan investor bahwa Indonesia berada di jalur yang stabil.

Kebijakan yang lebih jelas dan konkret dalam memisahkan diri dari bayang-bayang pemerintahan sebelumnya menjadi salah satu faktor yang dapat membantu mengembalikan kepercayaan publik dan investor.

Rocky mengingatkan, jika kondisi ini tidak segera diatasi, bukan tidak mungkin instabilitas ekonomi dan politik dapat semakin membesar.

“Dalam satu percikan politik, keadaan ekonomi yang memburuk bisa membatalkan semua jalan bagus yang sedang dirancang oleh Presiden Prabowo,” tutupnya.

Sumber: suara
Foto: Pengamat politik Rocky Gerung/Net

Komentar

Terpopuler