Mantan Ibu Negara Tolak Dirangkul Jokowi: Simbol Kegelisahan dan Kecewa?

- Kamis, 20 Februari 2025 | 10:45 WIB
Mantan Ibu Negara Tolak Dirangkul Jokowi: Simbol Kegelisahan dan Kecewa?


Pesan Tersembunyi di Balik Sikap Iriana Jokowi: Kritik, Kekhawatiran, dan Dinamika Politik Pasca-Pemerintahan


Sebuah video berdurasi 14 detik yang beredar di platform media sosial X dan TikTok menuai perbincangan hangat.


Video tersebut menampilkan momen ketika Iriana Jokowi tampak menolak rangkulan dari suaminya, Joko Widodo, di Bandara Adi Sumarno, Solo.


Fenomena ini kemudian dianalisis oleh Efriza, seorang peneliti senior dari Citra Institute, yang menyoroti berbagai kemungkinan di balik gestur tersebut.


Kerisauan Iriana Pasca Kepemimpinan Jokowi


Sebagai istri mantan presiden, wajar jika Iriana Jokowi merasakan kegelisahan.


Setelah sepuluh tahun memimpin Indonesia, Jokowi meninggalkan jejak pembangunan infrastruktur yang signifikan.


Namun, di sisi lain, kekecewaan publik juga semakin mengemuka, puncaknya pada, Kamis 20/2.


Sentimen negatif ini terlihat dari berbagai aksi protes, seperti demonstrasi bertajuk "Indonesia Gelap" dan coretan "Adili Jokowi" di ruang publik.


Gelombang kritik yang semakin deras inilah yang diduga menjadi salah satu penyebab kegundahan Iriana.


Jokowi dan Pesan Tersirat dalam Pidato HUT Gerindra


Dalam pidatonya di HUT Partai Gerindra, Jokowi sempat mengungkapkan keresahannya. Ia mempertanyakan mengapa dirinya terus disalahkan, sementara Prabowo dinilai terlalu kuat dalam pemerintahan.


Jika dicermati, pernyataan ini seakan menyiratkan pesan kepada publik bahwa kritik harus dialamatkan secara objektif.


Jika memang terdapat kebijakan yang tidak sesuai di era kepemimpinan Prabowo, maka seharusnya kritik tidak hanya diarahkan kepada dirinya sebagai mantan presiden.


Ketidakseimbangan Kritik: Prabowo yang Kuat, Jokowi yang Disalahkan


Jokowi secara tersirat mengakui bahwa pemerintahan Prabowo saat ini memiliki kekuatan besar, terutama karena minimnya oposisi.


Dominasi politik yang terlalu kuat ini berpotensi berbahaya jika masyarakat tidak berani memberikan kritik yang konstruktif.


Sebaliknya, jika kritik hanya tertuju pada Jokowi, maka ada ketidakadilan dalam menilai jalannya pemerintahan.


Jokowi dan Jengkelan yang Tersirat


Pernyataan Jokowi dalam pidato tersebut juga dapat diartikan sebagai ekspresi kejengkelannya.


Ia merasa bahwa kritik yang terus diarahkan kepadanya tidak seimbang dengan posisi politik Prabowo yang nyaris tanpa oposisi.


Hal ini membuat Jokowi seolah "dikambinghitamkan" atas segala permasalahan yang terjadi di negeri ini.


Meminta Perlindungan Politik dari Prabowo?


Selain mengungkapkan kejengkelan, pernyataan Jokowi juga dapat ditafsirkan sebagai permintaan perlindungan kepada Prabowo.


Dengan kepemimpinan yang kuat dan minim oposisi, Prabowo berada dalam posisi untuk meredam berbagai tekanan politik yang saat ini masih menyasar Jokowi.


Permintaan perlindungan ini bisa jadi merupakan strategi untuk menghindari tekanan lebih lanjut dari publik.


Iriana Jokowi dan Sikapnya di Bandara: Sebuah Simbol?


Gestur Iriana yang menolak rangkulan Jokowi di Bandara menjadi simbol tersendiri.


Ada kemungkinan bahwa sebagai istri, Iriana merasa suaminya tidak cukup lugas dalam menanggapi kritik dan tidak memberikan pernyataan yang tegas kepada Prabowo.


Hal ini bisa membuatnya merasa resah, mengingat tekanan yang semakin besar terhadap keluarga mereka.


Pasca-Kekuasaan: Masa Purnatugas yang Tidak Nyaman


Masa pensiun seorang presiden idealnya diisi dengan ketenangan. Namun, dalam kasus Jokowi, tampaknya situasi berbeda.


Kegelisahan yang ditunjukkan Iriana mencerminkan bahwa pasangan ini belum sepenuhnya bisa menikmati masa purnatugas mereka.


Sentimen negatif yang terus mengalir dari publik membuat mereka tetap menjadi sorotan.


Masyarakat Harus Objektif dalam Menilai Kepemimpinan


Dinamika politik yang terjadi pasca-pemerintahan Jokowi mengajarkan bahwa kritik harus tetap objektif.


Jika ada kebijakan yang dinilai kurang tepat di era Prabowo, maka kritik juga harus diarahkan kepadanya.


Mengalihkan seluruh kesalahan kepada mantan pemimpin hanya akan menciptakan ketidakseimbangan dalam penilaian publik terhadap pemerintahan.


Kesimpulan: Sebuah Babak Baru dalam Politik Indonesia


Sikap Iriana dan pernyataan Jokowi dalam beberapa kesempatan belakangan ini mengindikasikan bahwa transisi kekuasaan di Indonesia masih menyisakan gejolak.


Dinamika politik yang terjadi menunjukkan bahwa kritik dan harapan masyarakat terhadap pemimpin tidak serta-merta berhenti setelah pergantian kekuasaan.


Kini, tugas publik adalah memastikan bahwa kritik tetap konstruktif dan diarahkan kepada pemegang kekuasaan yang sebenarnya bertanggung jawab atas kebijakan yang berjalan saat ini. ***



Sumber: PorosJakarta

Komentar