Adili Jokowi vs Hidup Jokowi!, Pengamat: Ada Kucing Berbulu Harimau!

- Selasa, 18 Februari 2025 | 14:20 WIB
Adili Jokowi vs Hidup Jokowi!, Pengamat: Ada Kucing Berbulu Harimau!


'Adili Jokowi' vs 'Hidup Jokowi!', Pengamat: Ada Kucing Berbulu Harimau!


Di tengah desakan 'Adili Jokowi', "Hidup Jokowi" justrus digaungkan Presiden Prabowo Subianto saat berpidato di perayaan HUT Gerindra ke-17 di Sentul City International Convention Center pada, Sabtu, 15 Februari lalu. 


Bahkan, prabowo kompak bersama para kader partainya mengelu-elukan dan menyampaikan terima kasih ke Jokowi. 


Dalam pidato yang sama, Prabowo mengatakan bahwa Jokowi telah banyak membantunya dari sebelum dilantik pada 20 Oktober lalu. Dia lantas berterima kasih kepada Jokowi atas bantuannya. 


“Sebelum serah terima, beliau sudah memanggil saya terus. Bahkan jabatan-jabatan tertentu beliau minta pandangan dari saya. Ini saya ceritakan karena saya ingin rakyat tahu sebenarnya,” kata Prabowo.


Terkait hal itu, Direktur Rumah Politik Indonesia, Fernando Emas menilai teriakan ‘Hidup Jokowi’ juga seakan-akan mempertegas posisi Prabowo yang berada di bawah bayang-bayang Jokowi.


“Kalau ada pepatah mengatakan ibarat serigala berbulu domba namun saya melihat Prabowo ibarat kucing berbulu macan atau harimau," kata Fernando Emas, Selasa (18/2/2025).


Ketika Prabowo belum menjadi Presiden, kata dia, sangat terlihat begitu garang namun begitu menjadi Presiden langsung begitu terlihat tunduk dibawa ketiak Jokowi. 


"Ternyata Prabowo hanya bisa mengeong, bukan mengaum dan tidak akan bisa menjadikan Indonesia menjadi Macan Asia,” lanjut Fernando.


Lalu, dia juga menyoroti pernyataan Prabowo terkait Jokowi yang membantu Prabowo Subianto memenangkan Pilpres, telah menyingkap secara terang benderang tentang ketidaknetralan Jokowi saat menjadi Presiden. 


"Sangat mungkin kecurigaan beberapa pihak terkait kecurangan pada saat pilpres yang lalu memang benar," ungkapnya.


Tak hanya itu, dia juga menyoroti soal kritik beberapa pihak terkait ‘kabinet gemuk’, yang direspons oleh Prabowo dengan mengatakan tidak peduli, menunjukkan seorang pemimpin yang arogan dan otoriter.


Seharusnya, tegas dia, Prabowo mempertimbangkan aspirasi masyarakat baik itu seorang pengamat, akademisi, aktivis atau yang lainnya. 


Prabowo harus ingat bahwa yang memberikan mandat kepadanya bukan Partai Gerindra atau Jokowi. 


"Sehingga sudah seharusnya mempertimbangkan aspirasi masyarakat atau memberikan tanggapan sebagai pemimpin yang terhormat. Kembali saya mengingatkan, bahwa Soeharto yang berkuasa saja bisa jatuh oleh kekuatan mahasiswa dan rakyat,” bebernya.


Kemudian soal pernyataan ‘ndasmu’ yang sangatlah tidak pantas diucapkan oleh seorang Presiden. Seorang presiden seharusnya bisa menjadi sosok yang menjunjung tinggi etika. 


Apalagi dalam dalam sila ke-2 Pancasila adalah menuntut masyarakat Indonesia beradab. 


Bagaimana masyarakat Indonesia akan berperilaku beradab sedangkan pemimpinnya tidak memberikan contoh yang baik.


“Prabowo tidaklah pemimpin yang baik karena tega memaki rakyatnya yang memberikan kritik kepadanya. Rakyat yang memberikan mandat kepada Prabowo tentu lebih berhak memakinya,” ungkapnya.


Fernando pun menyatakan kecurigaannya atas ajakan Prabowo untuk membangun koalisi permanen. 


Ia menduga, hal itu dilakukan Prabowo karena dirinya ragu akan mampu menyelesaikan kepemimpinannya sampai 2029, karena rakyat sadar dan mencabut mandat melalui pergerakan massa seperti tahun 1998.


“Saya berharap Prabowo segera menyadari kesalahannya dan memperbaiki sebelum rakyat menyadari dan melakukan pergerakan,” harapnya.


Sementara itu, Direktur Eksekutif Lingkar Madani Ray Rangkuti menilai bahwa seruan "hidup Jokowi" mempunya makna lebih daripada sekadar ucapan terima kasih. 


Menurut dia, ungkapan itu dikarenakan Prabowo masih memerlukan basis pendukung presiden ke-7 tersebut.


"Figur Jokowi itu tetap penting (bagi Prabowo), karena salah satu basis pendukungnya dari pendukung Jokowi," kata Ray.


Dia mengatakan basis pendukung milik Jokowi itu perlu dirawat agar tidak meninggalkan kubunya. 


Terlebih lagi, kata dia, sejumlah program Jokowi di pemerintahan sebelumnya ditinggalkan oleh Prabowo. 


Misalnya pembangunan Ibu Kota Nusantara atau IKN yang kini belum dilanjutkan karena anggarannya diblokir.


"Untuk membuat basis pendukung itu tidak jengkel, ya, jadi dielu-elukan Pak Jokowi di forum-forum," ucapnya.


Selain itu, Ray berujar bahwa ungkapan Prabowo itu hanya sebagai basa-basi politik. 


Menurut dia, pujian itu juga bisa dimaknai upaya Prabowo menenangkan hati Jokowi, karena belakangan namanya terseret di kasus pagar laut.


Ray berpandangan bahwa Ketua Umum Gerindra itu sudah mengukur batasan pujian untuk Jokowi itu diumbar ke publik. 


Karena itu, menurut dia, tidak heran bila di awal masa pemerintahan ini Prabowo masih sering mengelu-elukan ayah dari Gibran Rakabuming tersebut.


"Kalau (kecintaan publik) kelihatan mulai berkurang, ya, mungkin intensitas penyebutan itu juga akan berkurang," tandasnya.


Sumber: MonitorIndonesia

Komentar