[ANALISIS] Pengumuman Buru-Buru Prabowo Capres 2029, Demi Kunci Partai Lain?
Baru empat bulan jadi presiden, Prabowo Subianto sudah diminta lagi untuk maju sebagai calon presiden 2029.
Hal itu merupakan salah satu keputusan Kongres Luar Biasa (KLB) Gerindra di Hambalang, Jawa Barat, Kamis (13/2).
Menurut Sekretaris Jenderal (Sekjen) Gerindra Ahmad Muzani, Prabowo bersedia menerima mandat itu, tapi meminta waktu untuk menyelesaikan tugas sebagai Presiden RI saat ini.
"Beliau menjawab, 'Insya Allah,' namun meminta waktu untuk menyelesaikan tugasnya sebagai presiden dan memenuhi janji kepada rakyat," kata Muzani di Hambalang.
Keputusan Gerindra untuk mengusung lagi Prabowo sebagai calon presiden kemudian disampaikan kepada para pimpinan partai politik di Koalisi Indonesia Maju (KIM) dalam acara silaturahmi di Hambalang pada Jumat, 14 Februari.
"Yang ada adalah diumumkan bahwa beliau akan maju kembali pada tahun 2029. Itu diumumkan," kata Wakil Ketua Majelis Syura PKS Ahmad Heryawan di Hambalang, Jumat.
Dalam pidato politiknya saat perayaan HUT ke-17 Gerindra, Sabtu (15/2) Prabowo pun mengakui soal pencalonannya di 2029.
Ia menyatakan tak bakal maju lagi jika program-program pemerintahannya dalam lima tahun ini tidak berhasil.
"Kalau program-program saya tidak berhasil, tidak perlu saudara calonkan saya terus. Saya kalau mengecewakan kepercayaan rakyat, saya malu untuk maju lagi," kata Prabowo.
Demi Kunci Partai Lain
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro menilai keputusan Gerindra menetapkan dan mengumumkan Prabowo kembali maju di 2029 terkesan terburu-buru.
Sebab pemerintahan Prabowo baru saja berusia 100 hari pada akhir Januari lalu.
Ia pun membandingkannya dengan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Joko Widodo (Jokowi) yang memimpin dua periode.
Menurutnya, mereka tak mengumumkan pencalonan di periode kedua di awal pemerintahan.
"Terkesan terburu-buru karena pemerintahan baru saja bergulir 100 hari. Apalagi jika kita bandingkan secara historik di masa Pak SBY dan Pak Jokowi, memang saya tidak menemukan ada kesamaan dengan pola yang dimiliki oleh Presiden Prabowo yang sejak 'pagi' mendeklarasikan awal pencapresan oleh Gerindra, partainya sendiri," kata Agung saat dihubungi, Senin (17/2).
Ia pun menyoroti pernyataan Prabowo yang mengaku tidak mau maju jika program pada periode pertama tidak berhasil.
Menurut Agung, keberhasilan program di periode pertama memang penting agar tidak menjadi bumerang saat maju di periode kedua.
"Kalau misal sebaliknya kinerjanya kurang perform, Kabinet Merah Putih banyak melakukan blunder, ini kan jadi masalah dan akan menjadi bumerang bagi Pak Prabowo sendiri ketika tetap maju," kata Agung.
Direktur Eksekutif Arus Survei Indonesia (ASI) Ali Rif'an berpendapat ada dua alasan Gerindra menetapkan dan mengumumkan Prabowo sebagai calon presiden 2029 sejak dini.
Pertama, untuk menjaga soliditas kader partai. Hal ini untuk mempertegas bahwa tidak ada nama lain di Gerindra untuk Pilpres 2029, kecuali Prabowo. Kedua, untuk mengunci partai-partai lain di KIM.
"Untuk mengunci partai-partai lain, bahwa Pak Prabowo akan maju lagi di 2029, sehingga partai-partai yang sekarang berada di barisan KIM plus harus seirama. Pesan tersiratnya, jika masih ingin tetap berada di koalisi ya harus dukung Pak Prabowo," kata Ali.
Namun, dia menilai Pilpres 2029 bakal sangat dinamis. Salah satu faktornya adalah penghapusan syarat ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold oleh Mahkamah Konstitusi (MK).
"Maka setiap partai bisa mengusung capres atau cawapres 2029. Sangat mungkin nanti menjelang 2 atau 1 tahun pilpres, soliditas koalisi akan memudar lantaran sejumlah partai akan mengusung capres sendiri," ujarnya.
Ali pun mengatakan kesolidan koalisi pemerintahan saat ini bergantung dari sukses atau tidaknya kepemimpinan Prabowo di periode pertama.
Ada kemungkinan koalisi saat ini mengusung calon sendiri-sendiri di 2029.
"Jika Prabowo dianggap sukses memimpin Indonesia, kemungkinan besar koalisi akan solid dan partai-partai lain tidak berani mengusung capres sendiri. Sebaliknya, jika prabowo kurang sukses, kemungkinan akan munculnya kompetitor-kompetitor baru sangat besar," ujarnya.
Bagaimana Kans Prabowo di 2029?
Agung Baskoro berpendapat dalam sistem multipartai ekstrem, siapapun presidennya akan diuntungkan untuk maju kembali di periode kedua.
Ia mencontohkan SBY dan Jokowi yang elektabilitasnya lebih tinggi saat maju di periode kedua.
"Pak Jokowi, Pak SBY yang memang dengan mudah melenggang bahkan pada periode keduanya elektabilitas mereka melampaui di masa pertamanya ketika terpilih sebagai presiden," kata Agung.
Dalam konteks saat ini, Prabowo juga bakal diuntungkan. Ia mengatakan petahana yang maju biasanya didukung oleh infrastruktur politik yang solid dan sumber daya politik yang tak terbatas.
"Itu semua akan menghadapi lawan-lawan yang memang baru memulai untuk berkompetisi elektoral di Pilpres," ujar dua.
Namun, ia mengingatkan kondisi bisa berubah jika terjadi 'tsunami politik' yang tidak dapat dimitigasi dalam beberapa waktu ke depan.
Contohnya, terdapat blunder kebijakan yang dilakukan Prabowo atau menteri-menterinya.
Sumber: CNN
Artikel Terkait
Dedi Mulyadi Hibahkan Mobil Dinas Jadi Rumah Sakit Keliling Buat Warga
Update Pagar Laut Tangerang, Menteri Nusron Pastikan 209 Sertifikat Sudah Dibatalkan!
Template Sukatani di Instagram Story Tiba-tiba Hilang, Warganet Geram: Katanya Bebas Bersuara
Harta Kekayaan Agnez Mo: Isu Royalti Mencuat, Intip Sumber Nominalnya yang Fantastis!