Arti Pemangkasan APBN 2025 Dalam Pemerintahan Prabowo: Negara Tidak Punya Uang!

- Senin, 10 Februari 2025 | 06:55 WIB
Arti Pemangkasan APBN 2025 Dalam Pemerintahan Prabowo: Negara Tidak Punya Uang!


Arti Pemangkasan APBN 2025 Dalam Pemerintahan Prabowo: 'Negara Tidak Punya Uang!'


Oleh: Ali Syarief

Akademisi


Pemangkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 dalam pemerintahan Prabowo Subianto menandakan satu hal yang tak terbantahkan: negara sedang mengalami keterbatasan finansial. 


Ini bukan sekadar kebijakan efisiensi, tetapi lebih kepada realitas pahit bahwa kondisi fiskal Indonesia berada dalam situasi yang mengkhawatirkan. 


Dalam konteks ini, keputusan untuk memangkas APBN bukanlah sebuah pilihan, melainkan keharusan yang muncul akibat kebijakan pemerintahan sebelumnya, terutama di bawah Presiden Joko Widodo.


Warisan Kinerja Pemerintahan Jokowi

Dua periode kepemimpinan Jokowi telah meninggalkan beban berat bagi anggaran negara. 


Pembangunan infrastruktur yang masif, proyek Ibu Kota Nusantara (IKN), serta berbagai program populis yang menelan dana besar, telah membuat keuangan negara berada di ujung tanduk. 


Utang pemerintah yang terus meningkat, defisit anggaran yang melebar, serta ketergantungan pada investasi asing dan utang luar negeri telah mempersempit ruang fiskal bagi pemerintahan baru. 


Maka, pemangkasan APBN bukan hanya sekadar kebijakan teknis, tetapi sebuah konsekuensi logis dari pengelolaan ekonomi yang kurang bijak di masa lalu.


Orientasi pada Program Kerja: Sebuah Keharusan

Dalam situasi fiskal yang sulit, pemerintah Prabowo tidak punya banyak pilihan selain menyesuaikan alokasi anggaran dengan program kerja yang dianggap prioritas. 


Ini adalah bentuk social contract antara pemerintah dan rakyat, di mana anggaran harus digunakan seefektif mungkin untuk mendukung program yang benar-benar memberikan manfaat nyata. 


Program-program yang tidak produktif atau berpotensi membebani keuangan negara harus dievaluasi ulang atau bahkan dihapus.


Namun, tantangan besar muncul ketika prioritas anggaran berubah. Sektor-sektor yang sebelumnya mendapat porsi besar mungkin harus berkurang, dan ini akan berdampak langsung pada pelayanan publik. 


Jika pemangkasan APBN tidak dilakukan dengan strategi yang tepat, maka program-program esensial seperti pendidikan, kesehatan, dan perlindungan sosial bisa menjadi korban.


Produktivitas dan Efisiensi: Kunci Keluar dari Krisis

Pemangkasan APBN seharusnya tidak hanya dimaknai sebagai pengurangan belanja negara, tetapi juga sebagai momentum untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam pengelolaan keuangan negara. 


Pemerintah Prabowo harus memastikan bahwa setiap rupiah yang dikeluarkan benar-benar memberikan dampak maksimal. 


Reformasi birokrasi, penghapusan belanja yang tidak perlu, serta optimalisasi penerimaan negara dari pajak dan sektor lain menjadi langkah yang mutlak diperlukan.


Selain itu, produktivitas sektor riil harus didorong untuk mengurangi ketergantungan pada utang. 


Pemerintah harus menciptakan kebijakan yang mendorong investasi dalam negeri, memperkuat industri manufaktur, serta mempercepat transformasi ekonomi berbasis teknologi dan inovasi. 


Dengan demikian, pemangkasan APBN tidak hanya sekadar penghematan, tetapi juga langkah menuju keberlanjutan fiskal yang lebih sehat.


Dampak Pemangkasan APBN: Multiple Effect ke Rakyat

Namun, persoalan besar yang tidak bisa diabaikan adalah dampak pemangkasan APBN terhadap kehidupan rakyat. 


Ketika belanja pemerintah berkurang, maka sektor-sektor yang bergantung pada anggaran negara, seperti proyek infrastruktur dan bantuan sosial, akan terkena imbas. 


Ini bisa menyebabkan peningkatan pengangguran, berkurangnya daya beli masyarakat, hingga melambatnya pertumbuhan ekonomi secara makro.


Perubahan orientasi APBN juga bisa menggeser prioritas pembangunan. Jika pemerintah lebih fokus pada penguatan sektor pertahanan dan keamanan, sementara anggaran pendidikan dan kesehatan dikurangi, maka dampak jangka panjangnya bisa sangat berbahaya. 


Kualitas sumber daya manusia bisa menurun, kesenjangan sosial meningkat, dan stabilitas ekonomi menjadi lebih rapuh.


Selain itu, pertumbuhan ekonomi nasional bisa melambat jika belanja pemerintah yang selama ini menjadi motor penggerak utama ekonomi mengalami pemangkasan signifikan. 


Sektor usaha yang bergantung pada proyek pemerintah bisa mengalami kontraksi, yang pada akhirnya berdampak pada lapangan kerja dan kesejahteraan masyarakat.


Kesimpulan


Pemangkasan APBN 2025 dalam pemerintahan Prabowo adalah cerminan dari realitas bahwa negara sedang mengalami keterbatasan finansial akibat kebijakan pemerintahan sebelumnya. 


Ini bukan hanya soal efisiensi, tetapi juga upaya untuk menyesuaikan prioritas belanja dengan kondisi keuangan yang ada. 


Meskipun langkah ini bisa menjadi awal bagi reformasi fiskal yang lebih sehat, dampaknya terhadap kehidupan rakyat tidak bisa diabaikan. 


Pemerintah harus memastikan bahwa kebijakan ini tidak justru memperburuk kondisi sosial-ekonomi, melainkan menjadi momentum untuk membangun kembali ekonomi yang lebih produktif dan berkelanjutan. ***


Sumber: FusilatNews

Komentar

Terpopuler