Presiden Prabowo dan Peringatan Keras Bagi Loyalis Jokowi: 'Tegas atau Hanya Retorika?'
Oleh: Ali Syarief
Akademisi
Pernyataan Presiden Prabowo Subianto dalam acara Puncak Peringatan Hari Lahir ke-102 Nahdlatul Ulama (NU) di Istora Senayan, Jakarta, menjadi sorotan tajam.
Dengan nada keras dan penuh penegasan, Prabowo menyampaikan bahwa ia tidak akan ragu menindak siapa pun yang tidak patuh terhadap arah kebijakan pemerintahannya.
“Siapa yang bandel, siapa yang ndablek, siapa yang tidak mau ikut dengan aliran besar tuntutan ini, siapa yang tidak patuh, saya akan tindak,” ujar Prabowo, yang seolah-olah sedang memberi sinyal peringatan kepada para loyalis Jokowi yang masih bercokol di dalam birokrasi pemerintahan.
Sejak dilantik sebagai presiden, Prabowo menghadapi tantangan besar: memastikan bahwa seluruh elemen pemerintahan benar-benar tunduk kepada kepemimpinannya.
Namun, bayang-bayang Jokowi masih kuat dalam berbagai lini pemerintahan, mulai dari kementerian hingga aparat keamanan.
Banyak pejabat yang lahir dari era Jokowi masih menduduki posisi strategis dan diyakini lebih setia kepada kepentingan mantan presiden ketimbang kepada pemerintahan baru.
Prabowo tampaknya menyadari bahwa transisi kekuasaan di Indonesia tidak hanya soal serah terima jabatan, tetapi juga soal pertarungan politik yang sesungguhnya.
Pemerintahan Jokowi selama dua periode telah menanamkan jaringan kekuasaan yang luas, baik melalui penempatan pejabat loyalis di berbagai institusi maupun lewat kebijakan yang mengikat pemerintahan ke depan.
Dengan kondisi ini, Prabowo menghadapi dilema: apakah ia benar-benar bisa melepaskan diri dari bayang-bayang Jokowi, ataukah ia hanya akan menjadi kelanjutan dari pemerintahan sebelumnya?
Pernyataan Prabowo dalam acara NU itu bisa dibaca sebagai ancaman langsung bagi mereka yang masih mengabdi untuk kepentingan Jokowi.
Ketika ia mengatakan, “Saya sampaikan kepada seluruh aparat dan institusi, bersihkan dirimu, sebelum kau dibersihkan,” pesan itu terasa seperti ultimatum bagi mereka yang masih setia pada kepemimpinan lama.
Lebih lanjut, Prabowo menegaskan bahwa pemerintahan harus bekerja demi kesejahteraan rakyat, bukan untuk kepentingan individu atau kelompok tertentu.
“Kalau kau tidak setia kepada rakyat Indonesia, kalau kau menghalangi kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk membantu rakyat Indonesia, saya akan tindak,” katanya.
Ini bisa diartikan sebagai kritik tersirat terhadap kebijakan-kebijakan Jokowi yang kerap dipertanyakan efektivitasnya, terutama dalam proyek-proyek ambisius seperti Ibu Kota Nusantara (IKN) yang hingga kini masih menuai kontroversi.
Namun, pertanyaan besar tetap menggantung: apakah Prabowo benar-benar akan bertindak tegas terhadap loyalis Jokowi, ataukah ini hanya retorika politik belaka?
Mengingat Prabowo sendiri merupakan bagian dari kabinet Jokowi selama lima tahun terakhir, publik tentu berhak skeptis terhadap sejauh mana ketegasan ini akan diwujudkan.
Banyak pihak menduga bahwa Prabowo tengah berusaha membangun citra sebagai pemimpin yang independen, tidak sekadar menjadi penerus Jokowi.
Tetapi, tanpa langkah konkret seperti perombakan besar-besaran di kementerian dan lembaga negara, sulit untuk membuktikan bahwa Prabowo benar-benar memiliki kontrol penuh atas pemerintahannya.
Jika ancaman yang dilontarkannya hanyalah sekadar gertakan tanpa tindakan nyata, maka yang terjadi justru sebaliknya: Prabowo akan semakin dikendalikan oleh jaringan lama yang telah mapan di era Jokowi.
Namun, jika ia benar-benar ingin menegakkan otoritasnya, maka loyalis Jokowi yang masih bercokol di pemerintahan harus mulai bersiap menghadapi konsekuensinya.
Pada akhirnya, pidato Prabowo di hadapan Nahdlatul Ulama ini menjadi semacam deklarasi bahwa ia ingin menegaskan kendali penuh atas pemerintahannya.
Namun, apakah pernyataan itu akan diikuti dengan tindakan nyata atau hanya menjadi bagian dari retorika politik? Hanya waktu yang akan menjawabnya. ***
Sumber: FusilatNews
Artikel Terkait
Menteri Ndableg Sudah Terbaca Prabowo, Siap-siap Out
Dasco Usul Sistem Pembayaran Tol Tanpa Perlu Berhenti
Ternyata Ini yang Dibisikkan Razman ke Hotman Paris saat Ricuh di Persidangan
Pengacara Razman Nasution Ngamuk Hingga Panjat Meja Pengadilan, Hotman: Tidak Profesional