PARADAPOS.COM - Kurs rupiah terpuruk ke tingkat yang memprihatinkan. Pasalnya, rupiah sempat tembus Rp16.422 per dolar AS pada Kamis (19/12/2024).
Kementerian Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, nampaknya tidak berdaya menghadapi merosotnya kurs rupiah ini.
Meski kurs rupiah pada pembukaan perdagangan Rabu (5/2/2025), menguat hingga 51 poin atau 0,31 persen menjadi Rp16.300 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.351 per dolar AS.
Namun Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan, meramal akan tembus Rp17.000/US$ bahkan lebih rendah lagi bisa Rp18.000/US$.
"Jadi rupiah ini bisa saya perkirakan kalau tidak diintervensi terus ya Rp17.000/US$ bahkan lebih rendah lagi bisa Rp18.000/US$, kita hanya bisa bertahan dengan intervensi dengan masuknya utang ke Indonesia sekarang utangnya dari pemerintah dan BI yang juga sudah dijadikan pencetak utang luar negeri," kata Anthony saat berbincang, Rabu (5/2/2025) kemarin.
Menurut dia, anjloknya rupiah itu sebenarnya tidak mengejutkan, tinggal menunggu waktu saja.
"Kan defisit terus, akan flow dan lainnya. Inikan dampaknya. Apa lagi kalau kita lihat terakhir BI menurunkan suku bunga di mana selisih dengan itu misalnya suku bunga AS, mereka sudah semakin menipis begitu," jelasnya.
"Itu kan sudah memicu, itu kan sudah hampir semua diangkat sampai juga ke sana. Tapi secara fundamental memang ini akan terus. Secara fundamental kita tidak ada kekuatan untuk menahan rupiah," timpalnya.
Jika kondisi ini terus berlanjut, dia mengkhawatirkan rupiah semakin tak berharga.
Bukan tidak mungkin, dalam waktu dekat, kurs rupiah semakin tenggelam hingga ke level Rp17.000 per dolar AS.
"Jika itu yang terjadi, tekanan terhadap rupiah akan semakin berat. Jangan sampai tekanan ini menjadi bola salju, memicu panik di dunia usaha, memicu gagal bayar utang luar negeri, yang bisa menjadi pangkal pokok krisis moneter," katanya.
Menurut dia, langkah BI menahan uang panas tetap betah di Indonesia, bisa berhasil namun juga berpeluang gagal. Bergantung keputusan bank sentral AS (The Fed) seperti apa.
Ketika tawaran investasi portfolia di AS lebih menarik, usaha itu bakal sia-sia. Celakanya, BI sudah kadung memasang suku bunga tinggi untuk mencegah duit asing minggat dari Indonesia.
Ingat, suku bunga tinggi jelas mempersempit ruang gerak sektor usaha. Jika bisnis sulit bergerak, otomatis, perekonomian tak berjalan langsam.
Di lain sisi, kepercayaan investor terhadap masa depan ekonomi Indonesia bisa semakin menipis.
Kenaikan PPN menjadi 12 persen, di tengah ekonomi sedang meredup, daya beli melemah, memperburuk prospek ekonomi 2025.
"Yang paling penting adalah posisi investor di mana? Dia siap mendukung pemerintah dan siap pula menghukum," katanya.
Terkait hal demikian, Anthony mendesak agar Gubernur BI, Perry Warjiyo diganti saja dengan yang lainnya lewat DPR RI.
Menurutnya, selain tak bisa menstabilkan kurs rupiah, BI juga terseret kasus dugaan korupsi dana Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) atau corporate social responsibility (CSR).
"Ini memang mesti dicarikan mekanisme bagaimana kalau memang itu membahayakan lembaga bank sentral, ya DPR harus memanggilnya. Masalahnya kan Komisi XI terindikasi menerima dana CSR itu," jelasnya.
Yang menjadi permasalahannya kata dia, adalah ada penilaian bias dari DPR sehingga tidak bisa memberikan pengawasan kepada Bank Indonesia seperti tugasnya yang seharusnya.
"Maka sudah saatnya Gubernur BI Perry Warjiyo dipanggil dan dievaluasi oleh komisi XI, mulai dari kasus korupsi CSR BI hingga anjloknya rupiah," jelasnya.
"Seharusnya Perry Warjiyo, orangnya Jokowi harus dicopot namun dicarikan mekanismenya bagaimana begitu, kita harus taat hukum juga. Jadi jangan juga terjebak kembali kepada kekuasaan," tukasnya.
Sumber: MonitorIndonesia
Artikel Terkait
Pengacara Razman Nasution Ngamuk Hingga Panjat Meja Pengadilan, Hotman: Tidak Profesional
Isu Reshuffle Mencuat, Dasco Ungkap Menteri Tak Sejalan dengan Prabowo, Siapa?
Viral Polisi di Palembang Cegat Sopir di Tol, Cekcok Sabuk Pengaman hingga Tuduh Bawa Sabu
KPK Ungkap Rekam Jejak Harun Masiku, Bukan Kader Asli PDIP dan Dekat dengan Eks Ketua MA Hatta Ali