Hasilkan Pendapatan Rp6 Juta per Bulan, 70 Wali Nagari se-Kabupaten Solok Kunjungi Cikolelet

- Jumat, 19 Januari 2024 | 01:01 WIB
Hasilkan Pendapatan Rp6 Juta per Bulan, 70 Wali Nagari se-Kabupaten Solok Kunjungi Cikolelet

paradapos.com - Sebanyak 70 Wali Nagari se-Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat berkunjung ke Desa Wisata Cikolelet, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang.

Kunjungan mereka dalam rangka studi banding mengenai pengembangan desa wisata yang sudah dikembangkan Desa Cikolelet.

Kepala Desa Cikolelet Ojat Darojat mengatakan, para wali nagari tersebut diajak oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Nagari (DPMN) untuk belajar pengembangan desa wisata.

Baca Juga: 1 Menit Lalu! Kode Redeem FF Free Fire 19 Januari 2024, Klaim Senjata dan Diamond Gratis di Sini

"Mereka ingin mengembangkan inovasi desa wisata di daerahnya," ujar Ojat, Kamis 18 Januari 2024.

Ia mengungkapkan, dari 70 nagari atau desa di Kabupaten Solok sampai dengan saat ini belum ada desa wisata yang terkonsep dengan baik.

"Katanya ada sih desa wisatanya di 6 nagari tapi belum berkembang. Kata mereka kontur alam di sana dengan di Cikolelet enggak jauh beda makanya mereka berkunjung ke sini," katanya.

Baca Juga: BURUAN KLAIM! Kode Redeem ML Mobile Legends 19 Januari 2024, Ada Skin Hero, Magic Dust hingga Diamond Gratis

Ia menuturkan, pihaknya menyajikan beberapa atraksi seperti pentas seni, permainan angklung serta memaparkan terkait pengalaman Desa Cikolelet dalam mengembangkan inovasinya di bidang wisata.

"Mereka minta konsep pengembangannya seperti apa, kita sampaikan semuanya," paparnya.

Adapun yang perlu diperhatikan dalam pengembangan desa wisata, kata Ojat yakni rembuk warga.

Baca Juga: KLAIM SEKARANG! Coupon Code The Spike Volleyball Story 19 Januari 2024, Dapat Reward Bola Voli Gratis Sebelum Hangus

Hal itu untuk menggali potensi wisata yang ada sehingga menjadi satu kesatuan dalam pengelolaannya.

Kemudian membuat peraturan desa terkait pengembangan desa wisata, dan pendampingan perguruan tinggi.

"Alhamdulillah untuk Desa Wisata Cikolelet ada saja pengunjungnya. Dalam sebulan pendapatan Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) rata-rata Rp6 juta," tuturnya.

Artikel ini telah lebih dulu tayang di: bantenraya.com

Komentar

Artikel Terkait

Rekomendasi

JOKO Widodo alias Jokowi sudah lengser. Tak lagi punya kekuasaan. Presiden bukan, ketua partai juga bukan. Di PDIP, Jokowi pun dipecat. Jokowi dipecat bersama anak dan menantunya, yaitu Gibran Rakabuming Raka dan Bobbby Nasution. Satu paket. Anak bungsu Jokowi punya partai, tapi partainya kecil. Yaitu Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Partai gurem ini tidak punya anggota di DPR RI. Di Pemilu 2024, partai yang dipimpin Kaesang ini memperoleh suara kurang dari empat persen. Pada posisi seperti ini, apakah Jokowi lemah? Jangan buru-buru menilai bahwa Jokowi lemah. Lalu anda yakin bisa penjarakan Jokowi? Sabar! Semua ada penjelasan ilmiahnya. Semua ada hitung-hitungan politiknya. Manusia satu ini unik. Lain dari yang lain. Langkah politiknya selalu misterius. Tak mudah ditebak. Publik selalu terkecoh dengan manuvernya. Anda tak pernah menyangka Gibran jadi walikota, lalu jadi wakil presiden sebelum tugasnya sebagai walikota selesai. Anda tak pernah menyangka Kaesang jadi ketum PSI. Prosesnya begitu cepat. Tak ada yang prediksi Airlangga Hartarto mundur mendadak dari ketum Golkar. Anda juga tak pernah menyangka suara PDIP dan Ganjar Pranowo dibuat seragam yaitu 16 persen di Pemilu 2024. Persis sesuai yang diinginkan Jokowi. Anda nggak pernah sangka UU KPK direvisi. UU Minerba diubah. Desentralisasi izin tambang diganti jadi sentralisasi lagi. Omnibus Law lahir. IKN dibangun. PIK 2 jadi PSN. Bahkan rektor universitas dipilih oleh menteri. Ini out of the box. Nggak pernah ada di pikiran rakyat. Tapi, semua dengan begitu mudah dibuat. Mungkin anda nggak pernah berpikir mobil Esemka itu bodong. Anda juga nggak pernah menyangka ketua FPI dikejar dan akan dieksekusi oleh aparat di jalanan. Juga nggak pernah terlintas di pikiran ada Panglima TNI dicopot di tengah jalan. Ini semua adalah langkah out of the box. Tak pernah terlintas di kepala anda. Di kepala siapa pun. Ketika anda berpikir Jokowi melemah pasca lengser, ternyata orang-orang Jokowi masuk kabinet. Jumlahnya masih cukup banyak dan signifikan. Ketua KPK, Jaksa Agung dan Kapolri sekarang adalah orang-orang yang dipilih di era Jokowi. Ketika anda tulis Adili Jokowi di berbagai tempat, Kaesang, anak Jokowi justru pakai kaos putih bertuliskan Adili Jokowi. Pernahkah Anda menyangka ini akan terjadi? Teriakan Adili Jokowi kalah kuat gaungnya dengan teriakan Hidup Jokowi. Ini tanda apa? Jelas: Jokowi masih kuat dan masih punya kesaktian. Semoga pemimpin zalim seperti Jokowi Allah hancurkan. inilah doa sejumlah ustaz yang seringkali kita dengar. Apakah Jokowi hancur? Tidak! Setidaknya hingga saat ini. Esok? Nggak ada yang tahu. Dan kita bukan juru ramal yang pandai menebak masa depan nasib orang. Kalau cuma 1.000 sampai 2.000 massa yang turun ke jalan untuk adili Jokowi, nggak ngaruh. Ngaruh secara moral, tapi gak ngaruh secara politik. Beda kalau satu-dua juta mahasiswa duduki KPK, itu baru berimbang. Emang, selain 1998, pernah ada satu-dua juta mahasiswa turun ke jalan? Belum pernah! Massa mahasiswa, buruh dan aktivis saat ini belum menemukan isu bersama. Isu Adili Jokowi tidak terlalu kuat untuk mampu menghadirkan satu-dua juta massa. Kecuali ada isu lain yang menjadi triggernya. Contoh? Gibran ngebet jadi presiden dan bermanuver untuk menggantikan Prabowo di tengah jalan, misalnya. Ini bisa memantik kemarahan massa untuk terkonsentrasi kembali pada satu isu. Contoh lain: ditemukan bukti yang secara meyakinkan mengungkap kejahatan dan korupsi Jokowi, misalnya. Ini bisa jadi trigger isu. Ini baru out of the box vs out of the box. Tagar Adili Jokowi bisa leading. Kalau cuma omon-omon, ya cukup dihadapi oleh Kaesang yang pakai kaos Adili Jokowi. Demo Adili Jokowi lawannya cukup Kaesang saja. Jokowi terlalu tinggi untuk ikut turun dan menghadapinya. Sampai detik ini, Jokowi masih terlalu perkasa untuk dihadapi oleh 1.000-2.000 massa yang menuntutnya diadili. rmol.id *Penulis adalah Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa

Terkini