Super Panas, Korea Selatan Ciptakan Matahari Buatan Bersuhu 100 Juta Derajat Celcius

Saturday, 6 January 2024
Super Panas, Korea Selatan Ciptakan Matahari Buatan Bersuhu 100 Juta Derajat Celcius
Super Panas, Korea Selatan Ciptakan Matahari Buatan Bersuhu 100 Juta Derajat Celcius
 
URBANBOGOR.COM - Institut Energi Fusi Korea Selatan berhasil memasang komponen baru bernama "diverter" di tokamak KSTAR, yang memungkinkan matahari buatan mereka sanggup mempertahankan suhu ion super panas 100 juta derajat Celcius lebih lama dari sebelumnya.
 
KSTAR disebut sebagai matahari buatan karena mampu melakukan fusi nuklir, reaksi yang sama yang terjadi di bintang tata surya kita.
 
Proyek KSTAR, selesai dibuat pada tahun 2007 dan berhasil menciptakan plasma pertamanya setahun kemudian, luasnya sepertiga dari ukuran ITER, reaktor eksperimental raksasa yang tengah dikerjakan di Perancis sejak 2008.
 
Kedua reaktor tersebut berjenis "tokamak", yaitu perangkat berbentuk donat yang melakukan fusi nuklir menggunakan plasma, atau gas bermuatan listrik dan dibawa ke suhu serta tekanan super tinggi.
 
 
KSTAR menggunakan diverter yang dipasang di bagian bawah tokamak dan menambahkan pengelola limbah gas buang dari reaktor.
 
Diverter adalah komponen yang menghadap energi plasma secara langsung, komponen tersebut juga bertugas menanggung beban suhu panas sepenuhnya.
Saat ini, KSTAR hanya mampu mengoperasikan energi plasma sekitar 30 detik, para ilmuwan berharap diverter baru akan memungkinkan energi plasma bertahan hingga 300 detik pada akhir tahun 2026.
 
KSTAR awalnya menggunakan diverter yang terbuat dari karbon, namun di tahun 2018 ilmuwan menciptakan diverter baru berbahan dasar tungsten untuk dipasang di reaktor tokamak.
 
Tungsten memiliki titik leleh yang lebih tinggi dibanding karbon serta sanggup meningkatkan batas panas reaktor hingga dua kali lipat, menurut rilis terbaru dari Dewan Riset Nasional Sains dan Teknologi Korea Selatan.
 
 
Diverter baru ini selesai dikerjakan tahun 2021, dan pemasangannya selesai di tahun 2023.
 
“Di KSTAR, kami berhasil menerapkan penggunaan diverter berbahan dasar tungsten yang juga menjadi pilihan di ITER.”
 
“Kami akan berusaha memberikan kontribusi terbaik dalam memperoleh data yang dibutuhkan ITER melalui eksperimen KSTAR”,  kata presiden KFE, Suk Jae Yoo dalam rilisnya.
 
Penelitian mengenai reaksi fusi nuklir mengalami progres yang lambat namun tetap signifikan, di tahun 2022, ilmuwan dari Lawrence Livermore National Laboratory berhasil mendapatkan energi murni dari reaksi fusi nuklir untuk pertama kalinya dalam sejarah.
 
 
Teknologi manusia sejujurnya masih sangat jauh dari tujuan utama mendapatkan sumber energi murni bebas emisi karbon, dan penelitian ini masih disertai banyak hambatan serta menunjukkan bahwa proyek seperti ini masih berjalan lamban.
 
Plasma pertama ITER diperkirakan bisa diproduksi sekitar tahun 2025, dan fusi pertama dijadwalkan hadir pada 2035.
 
Di sisi lain, jangka waktu pembuatan reaktor mundur semakin jauh dan biayanya terus membengkak, dari sekitar €5 miliar pada 2006 menjadi lebih dari €20 miliar menurut Scientific American.
 
Namun, sekarang menjadi masa sulit bagi reaktor berjenis tokamak.
 
 
Bulan lalu, reaktor JT-60SA di Jepang telah diresmikan, peneliti yang mengerjakan proyek tersebut memperkirakan butuh waktu sekitar dua tahun demi menghasilkan plasma yang diperlukan bagi eksperimen.
Menurut Badan Energi Atom Internasional, ada lebih dari 50 reaktor tokamak yang tengah beroperasi di seluruh dunia.***


 
 
 

Artikel ini telah lebih dulu tayang di: bogor.urbanjabar.com

Tags

Komentar

Artikel Terkait

Terkini