Begini cara orang tua membatasi anaknya bermain gawai

Wednesday, 24 July 2024
Begini cara orang tua membatasi anaknya bermain gawai
Begini cara orang tua membatasi anaknya bermain gawai

HARIAN MERAPI - Bagaimana cara membatasi anak bermain gawai ? Ternyata umumnya orang tua susah, bahkan terkadang tidak sabar.


Sebaiknya orang tua membatasi anaknya bermain gawai dan orang tua menjadi contoh.
Berkaitan itu, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menganjurkan orang tua untuk membatasi anak memegang gawai di waktu tertentu, misalnya setelah pukul 18.00 WIB yang dicontohkan dari orang tua sendiri.

Ketua Unit Kerja Koordinasi Tumbuh Kembang Pediatri Sosial IDAI Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K), mengatakan anak harus melihat perlakuan yang sama agar bisa memahami maksud di balik adanya pembatasan itu.

Baca Juga: Kenapa generasi milenial sangat meminati mobil bekas? Ternyata ini jawabannya...

"Jika tidak boleh memegang handphone, orang tuanya juga harus begitu, harus sama perlakuannya. Jangan anaknya diharuskan begini, tapi orang tuanya begitu (masih boleh pegang ponsel)," kata Rini saat diskusi dengan tenaga kesehatan, kader posyandu dan awak media di Gedung IDAI, Salemba, Jakarta Pusat, Selasa.

 

Penetrasi internet remaja yang meningkat dari 25,84 persen pada 2023 menjadi 31,40 persen di 2024, berdasarkan hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Tahun 2024 menjadi alasan di balik urgensi membatasi genggaman gawai pada anak dan orang tuanya.

"Perlu hati-hati juga karena kalau terlalu lama, ada yang disebut adiksi internet. Sekarang internet juga menjadi adiksi, menjadi suatu penyakit," kata guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Departemen Ilmu Kesehatan Anak itu.

Rini mengungkapkan, salah satu penelitian mahasiswanya mengungkap adiksi internet pada remaja menyebabkan fungsi otak menjadi berbeda dengan anak normal ketika dipantau menggunakan MRI.

Baca Juga: Mendapat kesempatan untuk lebih dekat dengan seseorang, simak ramalan cinta dan karir Gemini dan Cancer berlaku Rabu 24 Juli 2024

Karena memberikan gawai kepada anak bisa mengganggu tidurnya, mengurangi interaksi fisik bahkan meningkatkan aktivitas perundungan siber yang bisa memicu gangguan-gangguan pada saraf di otak.

Pertama, gangguan kecemasan, korban perundungan siber mungkin mengalami kecemasan berlebihan, ketakutan, dan serangan panik.

Kedua, depresi. Perundungan siber dapat menyebabkan perasaan sedih, putus asa, dan kehilangan minat pada aktivitas yang disukai.

Ketiga, gangguan stres pasca-trauma (PTSD). Korban perundungan siber mungkin mengalami flashback, mimpi buruk, dan kesulitan berkonsentrasi.

Baca Juga: Hasto : Belum ada rencana kerjasama dengan PSI, PDIP prioritaskan kader internal untuk Pilkada Serentak 2024

Artikel ini telah lebih dulu tayang di: harianmerapi.com

Tags

Komentar

Artikel Terkait

Terkini

Terpopuler