Duh! Fenomena Kecanduan Minuman Manis Menjadi Ancaman Kesehatan Generasi Muda di Indonesia

Wednesday, 24 January 2024
Duh! Fenomena Kecanduan Minuman Manis Menjadi Ancaman Kesehatan Generasi Muda di Indonesia
Duh! Fenomena Kecanduan Minuman Manis Menjadi Ancaman Kesehatan Generasi Muda di Indonesia

paradapos.com - Minuman berperisa, terutama yang memiliki rasa manis, telah menjadi sebuah tradisi dan bagian dari budaya yang mendarah daging di masyarakat Indonesia.

Dianggap sebagai simbol nilai lebih dan kemewahan dibandingkan dengan air putih atau teh tawar hangat, minuman manis kini semakin memperkokoh posisinya sebagai ikon konsumsi, bahkan dalam interaksi sosial.

Pengaruh korporasi melalui iklan, promosi, dan sponsorship di media massa telah membentuk fenomena yang semakin kuat, memperkuat kecenderungan masyarakat Indonesia, terutama kalangan anak-anak, remaja, dan generasi muda, terhadap minuman manis.

Baca Juga: Anak Jakarta Bisa Melancong ke Negeri Jiran Tancap Gas Via Jalan Tol Trans Sumatera Berangkat Usai Sholat Subuh Bisa Makan Siang di Malaysia

Minuman ini tidak hanya dinikmati sebagai minuman biasa, melainkan juga menjadi simbol gaya hidup dan identitas.

YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) melakukan survei bertajuk "Konsumsi Minuman Berpemanis Dalam Kemasan (MBDK) di 10 Kota" untuk menggambarkan fenomena ini secara lebih rinci.

Survei dilakukan pada Juni 2023 di 10 kota, yang melibatkan 800 responden dari berbagai lapisan masyarakat.

Hasil survei mengungkapkan beberapa temuan signifikan, diantaranya anak dan remaja Indonesia cenderung gemar mengonsumsi minuman berpemanis dalam kemasan, dengan 25,9 persen anak dengan usia kurang dari 17 tahun, secara rutin mengonsumsi setiap hari.

Baca Juga: Selain Dilanjutkan, Gibran Ingin Kartu Tani dan Bansos Lebih Tepat Sasaran

Faktor kemudahan akses pembelian, seperti ketersediaan di warung, minimarket, dan supermarket, menjadi pemicu utama, dengan 38 persen pembelian melalui warung.

Motivasi konsumsi juga menjadi faktor kunci, di mana rasa penasaran (32,4 persen) dan kelezatan (27,1 persen) menjadi alasan utama.

Meskipun responden menyadari dampak jangka panjangnya, seperti peningkatan risiko obesitas (78 persen), minat mereka terhadap minuman manis tetap tidak surut.

Pentingnya respons terhadap wacana pemerintah mengenai pengenaan cukai pada MBDK juga muncul dari survei ini.

Baca Juga: Anggota Dewan Angkat Bicara! Proyek Jalan Tol di Sumbar Terseok-seok Ternyata Biangkeroknya Makelar dan Banyak Mafia Tanah!

Artikel ini telah lebih dulu tayang di: harianhaluan.com

Tags

Komentar

Artikel Terkait

Terkini