paradapos.com--Pada hari Selasa, 9 Januari 2024, umat Hindu di seluruh dunia, khususnya di Bali, merayakan Siwaratri, salah satu hari suci dalam agama Hindu. Nama "Siwaratri" berasal dari kata Siwa dan Ratri, yang memiliki arti "malam Siwa."
Siwa, sebagai manifestasi Tuhan Yang Maha Esa, dipuja pada malam ini sebagai pamerelina atau pelebur segala kegelapan dan kekotoran dalam diri manusia.
Dalam rangka memperingati Siwaratri, umat Hindu menjalankan brata atau kewajiban suci, termasuk upawasa (puasa), jagra (jaga), dan monabrata (diam).
Baca Juga: 108 Mantra atau Doa untuk Memuja Dewa Siwa, Dilengkapi dengan Makna dan Artinya
Upawasa dilakukan dengan tidak makan dan minum selama 24 jam, jagra dengan tidak tidur selama 36 jam, dan monabrata dengan tidak berbicara selama 36 jam.
Selain itu, persembahyangan dilakukan sebanyak tiga kali pada sore hari sebelum Siwaratri, tengah malam, dan pagi hari setelahnya, dengan membawa banten atau sesaji yang terdiri dari bunga, dupa, dan lainnya.
Malam Siwaratri memiliki makna sebagai waktu perenungan dosa dan introspeksi diri. Melalui brata dan persembahyangan, umat Hindu berusaha membersihkan diri dari segala kekotoran fisik, mental, dan spiritual. Memohon ampun dan berkah kepada Siwa, berharap diberi petunjuk untuk menjauhi dosa di masa depan.
Baca Juga: 10 Hari Raya Hindu atau Rerahinan Selama Januari 2024, Ada Siwa Ratri
Siwaratri juga mengandung kisah menarik tentang seorang pemburu bernama Lubdaka, yang terjebak di hutan dan takut diserang binatang buas saat malam tiba.
Dengan memanjat pohon bila, mengikatkan diri dengan akar pohon, dan tanpa disengaja saat malam Siwa atau Siwaratri terjaga (Jagra), dan akhirnya Lubdaka diberikan anugerah peleburan dosa.
Di tengah dinamika perkembangan jaman era kini, Siwaratri tetap relevan bagi umat Hindu. Sebagai momen refleksi dan evaluasi diri, Siwaratri memberikan kesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup, baik secara material maupun spiritual, sesuai dengan ajaran dan teladan Siwa.
Namun, melaksanakan Siwaratri di era milenial ini juga membutuhkan kreativitas dan fleksibilitas. Tidak semua umat Hindu dapat melaksanakan brata dan persembahyangan secara penuh dan sempurna, karena ada keterbatasan dan kewajiban yang harus dipenuhi, seperti pekerjaan, sekolah, keluarga, dan lain-lain.
Baca Juga: Menteri Hukum dan HAM, Yasonna H Laoly, Ingatkan Pentingnya Netralitas ASN dalam Apel Awal Tahun
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: balipopuler.com
Artikel Terkait
Olahraga Rutin: Kunci Mencegah Penyakit Kronis
Mental Health Check! Tips Self-Care Biar Tetap Waras di Dunia yang Ribet
Fast Food vs Fit Life: Cara Makan Enak Tanpa Guilt Trip
Glow Up Tanpa Stress: Rahasia Kulit Sehat dari Dalam