PARADAPOS.COM - Serangan udara Israel mengguncang Lebanon selatan pada Sabtu waktu setempat, 23 Maret 2025, tak lama setelah Tel Aviv mengaku mencegat roket yang ditembakkan dari seberang perbatasan.
Militer Israel melaporkan bahwa enam roket ditembakkan dari Lebanon, tiga di antaranya menyeberangi perbatasan dan berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara Israel.
Sebagai balasan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan serangan besar-besaran terhadap puluhan target teror di Lebanon.
"Kami telah menyerang puluhan peluncur roket Hizbullah dan sebuah pusat komando mereka di Lebanon selatan," ungkap militer Israel dalam pernyataan resminya, seperti dimuat Reuters.
Kantor berita resmi Lebanon, NNA, melaporkan bahwa serangan udara Israel telah menewaskan dua orang dan melukai delapan lainnya di wilayah selatan dekat perbatasan.
Sementara itu, di pihak Israel, belum ada laporan mengenai korban jiwa atau luka-luka.
Namun, Hizbullah membantah bertanggung jawab atas serangan roket tersebut.
"Kami tidak memiliki hubungan dengan peluncuran roket ini dan tetap berkomitmen pada gencatan senjata," kata kelompok tersebut dalam pernyataan mereka.
Hingga kini, belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Ketegangan ini adalah yang pertama sejak Israel mulai mengabaikan gencatan senjata di Gaza dengan Hamas, sekutu Hizbullah yang juga didukung oleh Iran.
Menurut perjanjian gencatan senjata yang ditengahi AS pada November lalu, Hizbullah seharusnya tidak memiliki senjata di Lebanon selatan, sementara pasukan darat Israel juga harus ditarik.
Namun, dalam praktiknya, masing-masing pihak menuduh lawannya melanggar perjanjian.
Israel menegaskan bahwa Hizbullah masih memiliki infrastruktur militer di Lebanon selatan, sementara Hizbullah dan Lebanon menuduh Israel tetap menempati wilayah perbatasan dan melancarkan serangan udara berkala.
Pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) menyuarakan keprihatinan mereka terkait situasi ini.
"Setiap eskalasi lebih lanjut dari situasi yang tidak stabil ini dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi kawasan," ungkap UNIFIL dalam pernyataannya.
Sementara itu, Presiden Lebanon Joseph Aoun memerintahkan tentara untuk mengamankan wilayah dan mencegah pelanggaran yang dapat mengancam stabilitas negara.
"Semua tindakan keamanan dan militer harus diambil untuk menunjukkan bahwa Lebanon memiliki kendali atas masalah perang dan perdamaian," kata Perdana Menteri Lebanon Nawaf Salam.
Sumber: rmol
Artikel Terkait
Serangan Israel Tak Kunjung Berhenti, Jumlah Warga Palestina yang Tewas Kini Lebih dari 50.000 Jiwa
ICC Tahan Duterte Karena Perangi Narkoba, HNW: Netanyahu yang Seharusnya Ditangkap!
Pejabat Senior Hamas Gugur Saat Salat Akibat Serangan Udara Israel
Wali Kota Istanbul Imamoglu Dipenjara Sampai Sidang, Picu Gelombang Protes