PARADAPOS.COM - Nama Riza Chalid kembali mencuat setelah rumah dan kantornya digeledah oleh Kejaksaan Agung dalam kasus dugaan korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang PT Pertamina (Persero).
Kasus ini menyeret anaknya, Muhammad Kerry Andrianto Riza, sebagai tersangka utama dalam praktik manipulasi impor minyak yang menyebabkan kerugian negara hingga Rp193,7 triliun.
Riza Chalid dikenal sebagai sosok yang beroperasi di balik layar dalam bisnis minyak di Indonesia, sehingga banyak kasus yang diduga melibatkannya sulit dibuktikan secara hukum.
Namun, namanya terus muncul dalam berbagai skandal terkait industri migas nasional.
Riza Chalid diketahui, punya koneksi luas dalam industri energi dan pernah dikaitkan dengan berbagai isu kontroversial, termasuk dugaan praktik bisnis yang tidak transparan.
Meskipun dugaan-dugaan ini banyak beredar, hingga kini belum ada bukti hukum yang jelas yang mengarah langsung pada Riza Chalid dalam pidana.
Hanya saja, keterlibatannya dalam berbagai kontroversi terkait industri migas membuatnya tetap menjadi sosok yang diawasi dalam berbagai kasus hukum, termasuk yang melibatkan pengelolaan minyak dan gas di Indonesia.
Berikut ini empat kasus yang Menerpa Riza Khalid, namun sulit dibuktikan
1. Kasus Perpanjangan Freeport
Namanya sempat mencuat ke publik dalam kasus "Papa Minta Saham" pada 2015, yang melibatkan percakapan rekaman antara Ketua DPR saat itu, Setya Novanto, dengan petinggi PT Freeport Indonesia.
Kasus "Papa Minta Saham" menjadi sorotan besar di Indonesia, karena menunjukkan adanya dugaan praktik korupsi dalam pengelolaan sumber daya alam, terutama yang melibatkan perusahaan multinasional seperti Freeport.
Riza Chalid memang disebut-sebut terlibat dalam pembicaraan mengenai perpanjangan kontrak PT Freeport Indonesia, khususnya dalam kasus yang dikenal dengan nama "Papa Minta Saham".
Kasus ini mencuat pada 2015, ketika rekaman percakapan antara Setya Novanto, Ketua DPR kala itu, dan petinggi PT Freeport Indonesia, termasuk Riza Chalid, dipublikasikan.
Dalam percakapan tersebut, Setya Novanto dan Riza Chalid diduga membahas perpanjangan kontrak Freeport Indonesia yang akan berakhir pada 2021.
Mereka juga sempat berbicara tentang kemungkinan mendapatkan saham dari PT Freeport sebagai bagian dari negosiasi terkait kelangsungan kontrak tersebut.
Rekaman tersebut menunjukkan bahwa mereka berusaha mendapatkan keuntungan pribadi dengan menggunakan pengaruh mereka dalam perundingan tersebut.
Perbincangan yang sempat viral itu menimbulkan polemik besar, karena dianggap mencerminkan praktik korupsi dan penyalahgunaan wewenang dalam proses negosiasi antara pemerintah dan perusahaan asing.
Setelah rekaman itu bocor, Setya Novanto akhirnya mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Ketua DPR, dan Riza Chalid juga banyak dikaitkan dengan skandal tersebut, meskipun ia tidak secara langsung dikenai sanksi hukum dalam kasus ini.
2. Kasus Dugaan Kartel Impor Minyak
Riza Chalid dikenal sebagai pemain besar dalam impor minyak Indonesia.
Ia pernah diduga mengendalikan impor minyak melalui broker atau pihak ketiga, yang menyebabkan harga BBM di dalam negeri lebih mahal dibandingkan seharusnya.
Dugaan praktik kartel ini mencuat seiring dengan reformasi tata kelola impor minyak di Pertamina.
3. Dugaan Pengaruh dalam Pengadaan Minyak Pertamina
Riza Chalid disebut memiliki hubungan kuat dengan pejabat Pertamina dalam pengadaan minyak mentah dan BBM.
Namanya kerap dikaitkan dengan kebijakan impor minyak yang lebih menguntungkan pihak-pihak tertentu dibandingkan menggunakan produksi dalam negeri.
4. Polemik dengan Petral
Petral atau Pertamina Energy Trading Ltd. adalah anak usaha Pertamina yang dulu menangani impor minyak, diduga dikuasai oleh sejumlah pihak, termasuk Riza Chalid.
Ketika pemerintah membubarkan Petral pada 2015 karena dugaan mafia migas, banyak pihak menduga bahwa kebijakan ini mengikis pengaruh Riza Chalid dalam bisnis impor minyak nasional.
5. Kasus Dugaan Pengemplangan Pajak
Riza Chalid juga pernah dikaitkan dengan dugaan penghindaran pajak terkait bisnis minyaknya.
Meskipun tidak ada kasus yang terbuka secara langsung ke publik, spekulasi mengenai praktik penghindaran pajak dalam bisnis minyak sering muncul dalam diskusi mengenai mafia migas di Indonesia.
6. Kasus Minyak Mentah Zatapi
Investigasi Tempo pada 2008 mengungkapkan Riza bersama Schiller Marganda Napitupulu dan Irawan Prakoso terlibat dalam patgulipat impor 600 ribu barel minyak mentah Zatapi.
Namun, satu transaksi pembelian minyak mentah itu menyebabkan Pertamina tekor Rp 65 miliar.
Dalam laporan Tempo edisi 24 Maret 2008 berjudul “Zatapi dengan Sejumlah Tapi,” disebutkan bahwa kecurigaan adanya ketidakberesan dalam impor minyak Zatapi menyeruak di kalangan peserta tender ketika Pertamina ”menyembunyikan” harga penawaran Gold Manor dan formula Zatapi.
Berkembanglah dugaan bahwa Zatapi merupakan campuran Dar Blend dari Sudan dan kondensat Terengganu dari Malaysia.
Itu tak jadi soal, kata Direktur Utama Pertamina Ari H. Soemarno. Toh, minyak mentah itu dibeli dengan harga murah. ”Diskonnya US$ 2,28 per barel,” ujar Ari saat itu.
Tetapi jika kalkulasi didasari harga pasar Dar Blend dan Terengganu pada saat itu, harga pembelian yang disebut Ari tak bisa dibilang murah.
Hitung-hitungan beberapa trader minyak malah menyebutkan harga itu masih terlalu mahal US$ 11,72 per barel.
Ini angka setelah dipotong ongkos angkut dan keuntungan trader. Jika itu benar adanya, dengan volume 600 ribu barrel, Pertamina tekor Rp 65,5 miliar.
Meski begitu, polemik kasus impor minyak Zatapi tersebut pada akhirnya dihentikan oleh Bareskrim Polri karena dinilai tidak merugikan negara.
Sejak saat itu hingga kini nama Riza Chalid tak pernah tersentuh.
Sumber: Sawitku
Artikel Terkait
KPK Didesak Periksa Ganjar Pranowo dan Agun Gunandjar di Kasus e-KTP
KPK Didesak Periksa Ganjar Pranowo dan Agun Gunandjar di Kasus e-KTP
KPK Didesak Periksa Ganjar Pranowo dan Agun Gunandjar di Kasus e-KTP
Ucapan Ndasmu Termasuk Perbuatan Tercela, Aktivis: Prabowo Bisa Kena Pasal 7A UUD 1945!