Kembangkan Durian Organik, Petani Banyumas Petik Keuntungan

- Selasa, 23 Januari 2024 | 01:40 WIB
Kembangkan Durian Organik, Petani Banyumas Petik Keuntungan

PURWOKERTO, suaramerdeka-banyumas.com - Petani Desa Plana, Kecamatan Somagede, Banyumas pada musim buah memetik untung hasil pengembangan budidaya durian organik lokal khas Banyumas jenis kromo.

Petani durian organik Desa Plana, Ganjar Budhi Setiaji (51) menuturkan, sekitar 300an pohon durian yang berada di lahan 3 hektare miliknya, pada panen pertama Desember 2023 memanen sekitar 2000an durian.

Kemudian, pada panen kedua Januari 2024 hasil panen durian bertambah menjadi 5000an durian dengan rata-rata berat antara 3 hingga 5 kilogram.

"Pohon durian yang ada di lahan seluas 3 hektare berbuah semua. Panen kedua malah lebih banyak," katanya kepada wartawan saat ditemui di lahan miliknya, Sabtu 20 Januari 2024.

Hasil panen durian organik ini memiliki segmen pasar khusus, yaitu dipasok ke supermarket-supermarket maupun jaringan toko modern di kota-kota besar di Indonesia. Adapun harga durian sebesar Rp 90 ribu per kilogram.

Baca Juga: Olah Limbah Plastik, Nilai Produk UMKM Meningkat

Petani yang tergabung dalam Pagyububan Tegar Galur itu menuturkan bahwa durian organik memiliki cita rasa khas, yaitu dagingnya tebal, berwarna kuning tua dengan rasa manis tapi sedikit pahir dan berbiji kecil.

Memang secara visual, antara durian organik dan unorganik tidak berbeda, sama-sama berbentuk durian, namun yang membedakan adalah rasanya. "Di sini masih jarang yang membudidayakan durian organik," katanya.

Ganjar sebelumnya tepatnya pada 2014 juga membudidayakan unorganik, kemudian perlahan mencampurkan dengan pemupukan organik, hingga akhirnya kini telah beralih secara penuh ke pertanian organik.

"Keunggulannya selain buah durian memiliki cita rasa khas, dari segi biaya perawatan lebih murah dan pohonnya lebih sehat," katanya.

Apalagi, ia kini mampu memproduksi pupuk cair maupun padat sendiri untuk budidaya durian. Ia menyebutkan, sewaktu masih menggunakan pertanian unorganik, biaya operasional dari bibit hingga pohon usia produktif sebesar Rp 750 ribu hingga Rp 1 juta.

Baca Juga: Ribuan Warga Demak Berselawat Bersama Habib Zaidan

Namun, ketika beralih menggunakan pupuk organik, biaya operasional dapat ditekan. Satu pohon kini hanya mencapai Rp 200 ribu.

"Tapi peralihan budidaya dari unorganik ke organik harus sabar dan sedikit repot, terutama ketika pupuknya memproduksi sendiri. Butuh kecermatan dan pengalaman agar hasilnya maksimal," katanya.

Artikel ini telah lebih dulu tayang di: banyumas.suaramerdeka.com

Komentar